JAKARTA - Wakil Ketua DPR RI, Azis Syamsudin menyebut, bahwa aksi terosime yang menggegerkan tanah air kembali terjadi karena salah memaknai arti keberagaman dan perbedaan dalam menganut kepercayaan serta keyakinan.

"Mereka menyatakan selain agama Islam adalah orang kafir, begitu pun sebaliknya terorisme dicap sebagai Islam. Itu merupakan penafsiran yang keliru. Enggak benar itu," ujarnya melalui keterangan pers yang diterima GoNews.co, Senin (05/4/2021) di Jakarta.

Politisi Golkar itu menilai, bangsa Indonesia seharusnya mengedepankan toleransi umat beragama, adab dan perbedaan, karena itu termasuk keragaman warisan leluhur dan Bhineka Tunggal Ika menjadi sebuah ciri bangsa.

Azis Syamsuddin juga menuturkan, untuk mencegah terjadinya konflik yang berangkat dari isu agama dan perbedaan keyakinan dan pandangan, pembinaan kerukunan umat beragama merupakan sebuah prioritas yang harus dikedepankan pemerintah.

"Hentikan stigma terorisme yang dikaitkan dengan agama. Teroris bukanlah agama tertentu, masyarakat indonesia harus dapat mensyukuri, memelihara, menjaga keragaman dengan selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan sosial keseharian," tandasnya.

Ia juga mengatakan, agar pihak-pihak tertentu jangan memanfaatkan perbedaan dan keberagaman untuk memecah belah bangsa indonesia.

Hanya demi kepentingan jangka pendek, timbulah cara untuk merusak suasana yang telah aman, damai, tenang dan kondusif di negara yang kita cintai.

Azis Syamsuddin menilai, memelihara dan menjaga keberagaman merupakan tugas seluruh lapisan masyarakat.

Salah satunya toleransi umat beragama, yang telah terwujud sejak dulu harus dipertahankan demi terciptanya rasa aman dan damai serta toleransi umat beragama di Indonesia.

Selain itu, pada kesempatan lain Azis Syamsuddin juga menuturkan selain terorisme, ia menyebutkan ada dua model kejahatan berat, yang mengancam serta menggerogoti Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yakni narkoba, cyber crime.

Selain menggerogoti kekuatan dan cita-cita bangsa, ia mengatakan bahwa tiga kejahatan tersebut bahkan sudah menjadi bisnis haram yang bentuknya begitu kentara di depan mata.

"Tiga kejahatan ini tumbuh subur. Setiap hari, kita disajikan satu dari tiga kejahatan ini berselancar di layar kaca. Ini fakta, dan ingat narkoba maupun cyber-terrorism bukan sebatas kejahatan internasional melainkan menjadi kejahatan transnasional," katanya.

Azis Syamsuddin juga menilai, toleransi dan nilai kebangsaan sebagai pondasi nantinya bisa tergerus karena masifnya tiga kejahatan ini. Kelompok yang memainkan bisnis haram itu memodifikasi kemasan setiap hari.***