JAKARTA - Pernyataan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto yang dikutip oleh berbagai media pada hari Minggu kemarin, yang mengatakan jika upah bekerja di pabrik lebih tinggi daripada bekerja di sawah, mendapat kritik dari Ketua Umum DPN HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) Fadli Zon.

Di sela-sela mengikuti The Conference of the State Parties to United Nations Convention Against Corruption, di Wina, Austria, Fadli, yang juga merupakan Wakil Ketua DPR RI, menyatakan jika pernyataan semacam itu menyesatkan dan cenderung melecehkan profesi petani.

"Pernyataan semacam itu, yang membandingkan profesi hanya dari tingkat upah, bisa menyesatkan pemahaman publik dan cenderung melecehkan profesi petani. Kalau gaji astronot lebih tinggi dari gaji pekerja pabrik, misalnya, apakah kemudian semua orang harus jadi astronot? Apa menjadi astronot lebih baik dari menjadi pekerja pabrik? Atau, menjadi pekerja pabrik menjadi lebih buruk dari jadi astronot? Tak seharusnya pejabat pemerintah melontarkan pernyataan tak terukur semacam itu," ujar Fadli, Rabu (8/11/2017).

"Ketimbang membandingkan upah buruh pabrik dengan upah petani di Klaten, yang tak sepadan, Menteri Perindustrian mestinya fokus memperhatikan laju deindustrialisasi di Indonesia. Kenapa kontribusi sektor industri terhadap PDB terus mengalami penurunan? Persoalan itu mestinya diberi perhatian utama," paparnya.

Menurut Fadli, pada 2004, konstribusi industri manufaktur terhadap PDB kita masih 28,34 persen. Namun, tahun 2014, kinerja industri manufaktur terus turun menjadi 21,01 persen. Di masa pemerintahan Joko Widodo, laju penurunannya tak berkurang.

"Pada Triwulan II tahun 2017, kontribusi industri manufaktur terhadap PDB bahkan tinggal 17,94 persen. Selain itu, pertumbuhan industri kita juga selalu berada di bawah angka pertumbuhan ekonomi," tukasnya.

"Soal-soal semacam itu mestinya lebih diperhatikan oleh Menteri Perindustrian, bahwa sektor industri kita kinerjanya ternyata tak bagus. Jadi, untuk menunjukkan kinerja sektor industri sebaiknya menggunakan data dari sektor industri juga. Jangan kemudian hanya demi memoles kinerja sektor yang dipimpinnya lalu membandingkannya dengan sektor lain yang tak ada hubungannya. Publik yang membaca pernyataan itu bisa salah memahami persoalan, seolah lebih baik jadi buruh pabrik saja daripada menjadi petani," timpalnya.

Jika upah petani dianggap rendah, kata Fadli justru merupakan tugas pemerintah untuk meningkatkan daya saing dan kesejahteraan petani kita, dan bukannya malah merendahkan profesi petani.

Apalagi, mayoritas jumlah tenaga kerja kita bekerja di sektor pertanian, yaitu sebanyak 39,68 juta orang, atau sekitar 31,86 persen. "Sementara itu, mereka yang bekerja di sektor industri hanya separuhnya, yaitu sekitar 16,6 juta orang, atau sekitar 13,31 persen," tandasnya.

"Saya yakin Pak Airlangga maksudnya mungkin tak ingin merendahkan profesi petani. Tapi dengan pernyataannya itu, beliau telah menyinggung masyarakat petani," pungkas Fadli yang juga Ketua Umum DPN HKTI dan Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra itu. ***