SELATPANJANG - Kondisi jembatan pelabuhan di Desa Mengkirau, Kecamatan Tasik Putripuyu, Kepulauan Meranti, Riau sedang dalam kondisi rusak berat dan dikawatirkan akan memakan korban.

Dengan rusaknya jembatan papan yang biasa digunakan warga di tiga desa yakni Desa Mengkirau, Mengkopot dan Tanjung Pisang saat hendak bepergian ke Selatpanjang maupun Bengkalis itu membuat aktifitas warga terganggu terutama bagi para nelayan.

Sebagaimana disampaikan warga Dusun 2, Desa Mengkirau, Mazlan bahwa jembatan pelabuhan yang biasa digunakan untuk penumpang dan para nelayan tersebut mengalami kerusakan sudah beberapa tahun lalu.

"Memang hancur, turun naik pun susah dan sekarang speedboat tak mau singgah lagi. Kalau mau berangkat ke Selatpanjang atau Bengkalis lewat jalur laut terpaksa harus ke pelabuhan Teluk Belitung," keluh Mazlan selaku ketua RW03 Desa Mengkirau.

Diakui Mazlan, dari kelompok nelayan juga pernah memperbaiki jembatan tersebut dengan dana iuran dari nelayan itu sendiri.

"Memang sudah tak layak digunakan lagi, kalau penumpang tak mau lewat lagi tapi kami nelayan tetap lewat dengan papan sekeping yang ada saat ini," ujarnya.

Dibeberkan Mazlan, sebelumnya sempat juga ada reses dari anggota DPR RI melihat kondisi jembatan di pelabuhan tersebut, kemudian sempat dijanjikan untuk perbaikan namun tak kunjung terealisasi.

"Kami juga membuat permohonan ke desa melalui ADD namun dana ADD tidak cukup dan tak mungkin membangun jembatan sepanjang itu," bebernya.

Yang sangat mengkawatirkan, tambah Mazlan, jembatan pelabuhan itu juga nyaris memakan korban saat beraktifitas.

"Kemarin ada juga warga atau nelayan yang jatuh di pelabuhan tersebut namun tidak apa-apa. Jadi ini sudah sangat membahayakan warga yang beraktifitas dan kita memang mengeluh betul lah sebab cari makan lewat disitu," keluhnya lagi.

Hal yang sama juga diungkapkan Kepala Desa Mengkirau, Muhamad Toha SE, dengan kondisi jembatan pelabuhan seperti itu tentu akan sangat berbahaya bagi masyarakatnya.

"Terkait pelabuhan di Desa Mengkirau itu memang benar kondisinya sudah rusak berat. Kita sudah coba usulkan ke Pemkab Meranti namun sampai hari ini belum ada respon, bukan hanya dari pihak desa yang mengusulkan pihak kecamatan juga mengusulkan ke pemda tapi lagi-lagi respon pemda juga belum ada," ujarnya.

Kata Toha pula, kerusakan jembatan pelabuhan dengan panjang kurang lebih 190 meter, lebar 3 meter dan tingginya 4x6 meter itu sudah hampir dua tahun.

"Sudah hampir dua tahun rusaknya. Mudah-mudah bisa segera ditanggapi Pemkab Meranti dan bisa segera dibangun agar masyarakat kita bisa beraktifitas sepertimana biasanya," harapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kepulauan Meranti, Dr H Aredy SE MSi saat dihubungi GoRiau.com, Selasa (14/4/2020) siang, menanggapi hal tersebut.

Dikatakan Aredy, kalau untuk pelabuhan di Kecamatan Tasik Putripuyu memang ada direncanakan untuk dibangun pelabuhan pengumpan regional (penghubung antar Kabupaten) yang menghubungkan kapal dari Dumai, Bengkalis kemudian ke Bandul dan Selatpanjang.

"Kita juga sudah berkoordinasi terkait ketersediaan lahan dengan camat dan usulan itu telah diajukan ke APBD Provinsi maupun Kementerian lewat dana DAK," ujarnya.

Dijelaskan Aready, sementara waktu ini memang pihak kecamatan ada beberapa alternatif lokasi yang diajukan, termasuk lokasi samping lokasi yang ada saat ini.

"Tapi sedang kita kaji apakah itu terlalu mepet dengan posisi sekarang, terlalu leluasa atau tidak. Kita juga mempertimbangkan aksesbilitas jalannya," jelasnya.

Sementara, tambah Aredy, untuk pelabuhan penumpang dengan pelabuhan nelayan itu biasanya terpisah atau tidak bercampur.

"Kalau pelabuhan-pelabuhan nelayan ini biasanya kita buat pelabuhan-pelabuhan pengumpan lokal karena tidak bercampur," pungkasnya. ***