JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Syarief Hasan mengatakan bangsa Indonesia harus optimis menghadapi usia ulang tahun ke-100 kemerdekaan pada 2045. Pada tahun itu sekitar 70 persen penduduk Indonesia berada pada usia produktif dan hanya 30 persen saja yang tidak produktif.

Hal ini berbeda dengan kebanyakan negara-negara lain yang memiliki penduduk tidak produktif lebih banyak dibanding penduduk berusia produktif.

Artinya, potensi Indonesa untuk menyusul bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu maju terbuka lebar dan tinggal bagaimana para pemuda pandai-pandai memanfaatkan segala potensi yang dimiliki.

"Melihat semangat dan kerja keras yang ditunjukkan teman-teman HIPMI, saya sangat optimis pada saat bonus demografi terjadi. Kita akan mampu bersaing untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain yang sudah lebih dahulu maju," ujar Syarief Hasan dalam keterangannya, Kamis (19/11/2020).

"Terus belajar dan berjuang, jangan mudah putus asa, sebar serta tularkan virus semangat kerja kerasmu kepada pemuda-pemuda Indonesia lainnya," kata Syarief Hasan menambahkan.

Hal itu diungkapkan Syarief Hasan saat menyampaikan Sosialisasi Empat Pilar MPR dihadapan anggota HIPMI Kota Bogor. Syarief Hasan mengatakan saat pandemi Covid-19 seperti sekarang belum berkesudahan, para pengusaha senantiasa meningkatkan kedisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan.

Pengusaha juga jangan membiarkan diri sendiri dan orang-orang sekitar terpapar Covid-19. Selain itu, membiarkan ekonomi makin lesu karena berkonsentrasi menjaga kesehatan, sehingga melupakan dunia usaha.

"Yang ideal, tetap berkegiatan ekonomi, tapi mengetatkan protokol kesehatan. Kalau hari biasa level menjaga kesehatannya tujuh, maka pada kondisi Covid-19, ini levelnya harus dinaikkan jadi 10. Jadi tidak perlu mendikotomikan kesehatan atau ekonomi, karena keduanya harus tetap dilaksanakan dengan penyesuaian protokol kesehatan," kata Syarief Hasan.

Sampai vaksin Covid-19 ditemukan dan disuntikkan kepada seluruh masyarakat, Syarief Hasan mengajak disiplin kesehatan harus tetap menjadi prioritas. Meskipun kini tingkat penularan dan kematian akibat Corona semakin berkurang.***