BAGANSIAPIAPI,GORIAU.COM - Program pembangunan rumah layak huni (RLH) memang bagus jika dilihat dari luar. Namun kenyataannya, banyak pengalaman pahit yang harus dialami oleh calon penghuni rumah bantuan dari pemerintah tersebut. Kekecewaan itu dialami oleh Ibu Eni yang merupakan warga Kepenghuluan Sungai Nyamuk, Kecamatan Sinaboi, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Hingga kini, sudah dua kali lebaran pembangunan RLH itu belum juga diselesaikan.

''Rumah kami yang lama terbuat dari kayu sudah dirobohkan untuk dibuat menjadi rumah layak huni. Kami terpaksa mengungsi dengan membuat pondok kecil bersama anak-anak,'' kata Eni kepada GoRiau.com, Rabu (19/8/2015).

Keresahan Eni kian memuncak setelah mengetahui kontraktor pelaksana tidak lagi mau bertanggungjawab untuk menyelesaikan pekerjaan RLH miliknya. Malah, kuat dugaan, pencairan anggaran itu sudah dilakukan 100 persen. Eni mengungkapkan, jika disadari begini kejadiannya, sampai matipun mereka tidak akan mau dibantu RLH dari pemerintah.

Apalagi saat ini Eni dan keempat anaknya harus tinggal di pondok kecil dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Dalam satu tempat, mereka harus mandi, buang hajat dan tidur didalam pondok seluas 2 x 3 meter dibelakang RLH.

''Sampai hati mereka membuat kami seperti ini. Anak anak kami pun masih kecil,'' tutur Eni dengan mata berkaca-kaca.

Sementara itu, salah seorang warga Sungai Nyamuk, Tarjo menyebutkan, ada 3 unit pembangunan rumah layak huni yang dibangun pemerintah di lokasi yang berbeda. Ketiga bangunan itu tidak diselesaikan oleh kontraktor. Salah satunya adalah milik ibu Eni.

Kata Tarjo, rumah ibu Eni sebelumnya terbuat dari kayu. Malah, sewaktu membangun, kayu dan broti miliknya digunakan kontraktor untuk dijadikan kayu mal. Dirinya juga sangat kesal dengan ulah kontraktor yang belum menyelesaikan pekerjaan itu. Seandainya tahu kejadian seperti ini, jauh jauh hari mereka tidak akan menerimannya. (amr)