SIAK SRI INDRAPURA, - Bupati Siak H Syamsuar seolah menyimpan dendam tak sudah untuk membangkitkan kembali kecintaan masyarakat pada tradisi lama. Besarnya rasa cinta pada budaya Melayu Riau, diwujudkan dengan inisiasinya pada gerakan "Siak Bertanjak".

Penggunaan kembali salah satu simbol budaya Melayu Riau ini, mulai mewabah di tengah masyarakat. Orang nomor satu di Negeri Istana itu pun tak dapat menyembunyikan rasa bangganya, sebab penggunaan Tanjak mulai digandrungi banyak kalangan, terutama generasi muda.

Sebagai bentuk dukungan, Syamsuar didampingi sejumlah staf mengunjungi Pasar Seni Kesturi untuk bertemu para penggiat dan pengrajin Tanjak di sentra cinderamata Kota Siak Sri Inderapura, Jumat (10/2/2017).

Punggawa Komunitas Tanjak Siak yang digawangi sejumlah anak muda. Kehadiran Syamsuar bermaksud memberikan dukungan pada penggiat dan pengrajin Tanjak tempatan.

Saat ditemui Bupati, punggawa Komunitas Tanjak Siak Alwindra mengaku, saat ini dia dan rekan-rekan sudah kewalahan meladeni pesanan Tanjak yang membludak akhir-akhir ini.

"Pesanan yang baru terpenuhi saat ini sudah tembus 400 buah. Kami menyimpan cita-cita gerakan Siak Bertanjak ini nantinya mampu memecahkan rekor MURI, dengan capaian peserta bertanjak terbanyak di Indonesia," katanya.

Lain lagi kata Armand, pengrajin produk tanjak urban ini mampu memproduksi 20 buah Tanjak per hari. "Setiap hari begitu selesai diproduksi, barang langsung habis dipesan," sebut Adek, panggilan akrab Armand.

Syamsuar dalam kesempatan itu, selain memberikan dukungan juga memberikan masukan kepada pengrajin Tanjak yang ditemuinya. "Pengemasan harus lebih baik, Pemkab akan bantu patenkan produk ini dengan merek Tanjak Siak, supaya orang-orang tahu asalnya. Kalau mau cari tanjak yang asli, bolehlah datang ke Siak," sebutnya.

Atas kepeduliannya itu, Komunitas Tanjak Siak menghadiahi Syamsuar sebuah Tanjak khusus yang biasa dipakai bangsawan Melayu, dengan Ikat Tanjak Dendam Tak Sudah.

"Salam Tanjak bukan nak melagak, tapi nak budayakan Tanjak Siak," ucap Syamsuar, melafalkan salam khas komunitas Tanjak.

Tak sampai disitu, Datuk Setia Amanah itu juga spontan melontarkan ide terkait tradisi melayu lama lainnya, yaitu Festival Meriam Buluh Betung. Tradisi masyarakat melayu zaman dahulu itu kata dia akan digelar menjelang hari raya nanti agar suasana meriah.

"Insya Allah suasananya akan meriah. Apalagi kalau nanti buluhnya diukir, peserta harus berpakaian melayu lengkap kopiah dan selempang. Kalau pandai bunyikan, pasti kuat. Kalau tidak, kekadang sejam tau penat meniup ajo, tapi bunyinyo cusss," kata Syam disambut gelak tawa yang hadir di Pasar Seni.

Jelang konferensi Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) yang berencana menjadikan Kota Siak Sri Indrapura sebagai lokasi pelaksanaan, Syamsuar juga mengajak komunitas Tanjak untuk mensukseskan dan mengenalkan tradisi melayu kepada tamu yang akan datang.

Ia juga ingin menunjukkan keindahan arsitektur Balairung Sri, yang dirancang Almarhum Tengku Susido. "Konsep Waterfront City itu sebenarnya telah lama ada di Siak. Lihat saja kehebatan leluhur kita yang mampu membuat bangunan itu di masa 100 tahun yang lalu. Saya juga akan ajak tamu yang datang nanti ziarah ke makam arsiteknya di Kampung Tengah," tutup Syam. *** #SIAK