JAKARTA -- Sebelum memutuskan bersyahadat atau menjadi mualaf, Profesor Jeffrey Lang tidak percaya akan adanya Tuhan. Namun, paham atheis profesor matematika ini musnah setelah membaca Alquran yang diletakkan temannya di atas mejanya.

Profesor Jeffrey Lang meninggalkan agama yang dianutnya sebelumnya saat berusia 18 tahun. Sejak itu dia memutuskan menjadi atheis, hingga akhirnya mendapatkan hidayah (memeluk Islam) pada tahun 1980-an.

Guru besar di University of Kansas, Amerika Serikat (AS) itu pertama kali mengenal Islam saat temannya meletakan Alquran terjemahan bahasa Inggris di mejanya. Meskipun sempat tidak tertarik, ia akhirnya tergerak untuk membukanya karena penasaran.

Saat membaca surat Al Fatihah , Lang merasa ayat dalam surat ini sebagai puji-pujian layaknya Mazmur dalam Alkitab. Sampai di penghujung ayat, ia menemukan kalimat doa meminta petunjuk. Lang kemudian merasa terkecoh dan berasumsi Alquran buatan manusia.

''Saya baca surah pertama karena rasa penasaran akademis, bagi saya seperti Mazmur dalam Alkitab. Diawali seperti ini 'dengan nama Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang' segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam, penguasa hari pembalasan, hanya kepada Engkaulah' dan seterusnya. Saya pikir oh ini himne puji-pujian seperti Mazmur,'' kata Lang.

''Di bagian akhir saya sadar, kalimat akhirnya loncat jadi doa minta petunjuk. 'Tunjukan kami jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat kepadanya, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat'. Penulis yang cerdas. Dia mengecoh saya untuk berdoa minta petunjuk, Orang yang cerdas. Tentu saja saya berasumsi Alquran buatan manusia,'' sambungnya.

Dikutip dari Sindonews.com yang melansir dari akun Facebook Ayatuna Ambassador, Kamis (7/10/2021), Lang kemudian membaca surat Al Baqarah . Ayat kedua surat ini berbunyi 'Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya: petunjuk bagi mereka yang bertakwa.' Lang merasa seperti sedang berdialog dengan pembuat Alquran hingga kagum dengan kitab suci umat Islam ini.

Sampailah Lang di ayat 30 surat Al Baqarah yang berisi tentang Allah yang hendak memberikan manusia tugas mulia. Ayat tersebut mengubah pendirian Lang, yang mana merasa ada kesalahan pada ayat ini.

''Saya langsung katakan 'tidak, jelas penulisnya keliru'. Manusia diturunkan ke bumi bukan untuk menjalankan tugas mulia. Mereka diturunkan ke bumi sebagai hukuman karena dalam tradisi agama yang saya tinggalkan dulu, begitulah kisah ini disampaikan. Maka penulis Alquran pastilah keliru ketika dia mengulang kisah ini,'' ujar Lang.

Lang terus mencari tahu mengenai alasan diutusnya manusia ke bumi. Ia sangat tertarik akan hal itu. Terlebih ada sebuah pertanyaan dari malaikat kepada Allah, yang sama dengan pertanyaan yang membuat Lang menjadi seorang atheis.

''Lalu para malaikat berkata, 'Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana? Sementara kami bertasbih memuji Mu dan mensucikan nama Mu?' membaca ayat itu, saya tidak bisa berpaling. Waktu itu saya merasakan amarah saya naik. Lihat apa yang dikatakan 'Aku hendak memberikan peran mulia pada manusia','' ucap Lang.

''Saya merasakan bahwa itu adalah pertanyaan saya, itu hidup saya, itu masa kecil saya. Semuanya dirangkum dalam 15 kata. Saya kaget,'' lanjutnya.

Lang terus membaca Alquran hingga mendapatkan jawaban. Pendirian sebagai seorang Atheis pun mulai luntur saat itu juga. Ia bahkan mengaku menangis selama 20 menit seperti bayi ketika selesai membaca surat Ad-Duha .

''Selesai membaca Alquran, segala argumentasi saya yang menentang keberadaan Tuhan, semua gagasan yang saya bangun untuk menolak keberadaan-Nya, satu persatu jatuh berguguran. Selesai membaca Alquran. Saya tidak punya argumentasi untuk menentang keberadaan Tuhan,'' ungkap Lang.

''Surat Ad-Duha. Waduha (Demi Waktu Duha). Wallaili idza saja (demi malam apabila telah sunyi). Ma wadda aka rabbuka (Tuhanmu tidak meninggalkan engkau). Kau tahu? di akhir surat saya menangis layaknya bayi selama 20 menit. Saya bahkan tidak percaya Tuhan dan (ayat itu) buat saya menangis. Saya coba mengabaikan pengalaman ini, tetap saja muncul,'' tambahnya.

Usai membaca Alquran, Lang merasa cara pandangnya berubah. Ia terus mempelajari bagaimana hubungan seorang muslim dengan penciptanya, Allah SWT. Lang mendatangi mushola di kampung tempat ia mengajar dan terlibat dialog dengan mahasiswa muslim. Ia bertanya mengenai rasanya menjadi seorang muslim.

''Allah sungguh maha pengasih, kasih Allah melebihi kasih ibu pada bayinya. Kita tidak bisa apa-apa tanpa kehendak Allah. Ketika kita menghirup dan menghela nafas, itu atas kehendak-Nya. Ketika hendak melangkah, tidak bisa terjadi tanpa kehendak Allah,'' papar Lang mengulangi perkataan mahasiswa muslim tersebut.

''Telapak kaki tidak akan pernah menyentuh bumi lagi, kecuali atas izin-Nya. Ketika kami sholat, bersujud ke tanah, kami merasa tenang, tentram, dan khusuk, kesejukan yang mustahil digambarkan. Anda hanya perlu mengalaminya agar mengerti,'' imbuhnya.

Hari itu juga Lang memutuskan untuk mengucap syahadat dan menjadi mualaf. Ia mengaku selama ini merasa seperti seseorang yang kehausan, dan kalimat syahadat menghilangkan rasa haus tersebut.

''Rasanya saya seperti orang yang kehausan selama bertahun-tahun. Setiap kata syahadat seperti ada orang yang meneteskan air ke tenggorokan yang kering, saya pun menjadi seorang muslim,'' tandasnya.

Jeffrey Lang menuliskan kisah perjalanan spiritualnya ini dalam beberapa buku. Di antaranya adalah Struggle to Surrender dan Even Angels Ask.***