GRESIK - Tetenger atau landmark Gresik ketiga membikin heboh. Sesuatu yang tidak menyertai pembangunan landmark pertama dan kedua yakni Keris Sumilang Gandring dan Tugu Lontar.

Landmark Gresik paling baru ini adalah patung Gajah Mungkur. Sementara kehebohan yang menyertainya adalah viral bentuk gajah dan dana Rp 1 miliar yang menjadi tanda tanya di balik pembangunan proyek tersebut.

Landmark ini dibangun di sudut perlimaan Sukorame, Gresik. Ada dua sudut tempat landmark ini dibangun. Landmark pertama ada di sudut belokan Jalan Ahmad Yani menuju ke Jalan Usman Sadar. Dan landmark kedua ada di sudut atau pulau jalan antara Jalan dr Soetomo dan Jalan Proklamasi.

Posisi kedua gajah lucu itu pun juga berbeda. Gajah di landmark pertama posisinya membelakangi (memungkuri) jalan. Sementara gajah di landmark kedua menghadap ke arah jalan. Landmark gajah pertama ber-background rumah heritage Gajah Mungkur. Sementara landmark gajah kedua berbackground taman.

Viralnya patung gajah ini karena bentuknya yang abstrak, aneh, unik, namun lucu. Banyak yang mempertanyakan, menghujat, namun ada pula yang memuji bentuknya.

Patung tersebut memperlihatkan sebuah bentuk gajah dengan empat kaki yang disatukan atau bersambung menjadi dua. Patung itu masih memperlihatkan bentuk gajah karena masih ada penampakan belalainya. Namun gajah berwarna abu-abu itu polos. Tak ada mata, telinga, ekor, dan gading.

Sejatinya patung Gajah Mungkur mengambil replika dari patung dengan nama sama di rumah Gajah Mungkur di Jalan Nyai Ageng Arem-arem. Di halaman rumah megah bergaya kolonial itu berdiri sebuah patung gajah yang menghadap rumah dan membelakangi (memungkuri) jalan.

"(Patung Gajah Mungkur) ada sejak rumah ini dibangun tahun 1896," ujar salah satu ahli waris rumah Gajah Mungkur, Akhmad Khoiri, seperti dilansir detikcom, Senin (10/2/2020).

Khoiri sendiri tidak suka dengan landmark baru tersebut. Alasannya karena pembangunannya tidak meminta izin ahli waris.

"Sejauh ini kami ndak pernah dilibatkan sama sekali. Lebih pantasnya, sebelum membangun paling nggak kan kulo nuwun," kata Khoiri.***