JAKARTA - Presidium Majelis Nasional FORHATI (Forum Alumni HMI-wati) mencatat sekian banyak persoalan yang terjadi sepanjang tahun 2019 dalam refleksi akhir tahunnya.

Rangkuman GoNews.co di HUT FORHATI ke 21 pada Kamis (12/12/2019), setidaknya ada 13 persoalan bangsa yang meliputi:1) Pusaran arus politik 2019 yang sangat besar, juga pusaran sosial dan budaya.2) Arus besar globalisasi yang menyeret Indonesia pada kecenderungan penguasaan sumber daya alam dan industri keuangan yang mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi.3) Perubahan orientasi ekonomi dunia dari Amerika - Eropa ke Asia - Pasifik yang menimbulkan berbagai gejolak dan ancaman krisis ekonomi global, yang antara lain dipicu oleh perang dagang antara Amerika dengan China.4) Kecenderungan untuk menjadikan Foreign Direct Investment sebagai sumber utama pergerakan perekonomian nasional yang cenderung liberal, disertai dengan politik 'pintu terbuka' masuknya tenaga kerja asing. Termasuk,5) Konversi sistem pembayaran dari transaksi tunai ke transaksi digital. Mulai dari transaksi jalan tol sampai transaksi retail lainnya, yang secara langsung dan tidak langsung mengurangi penggunaan tenaga manusia.6) Kian sempitnya ketersediaan lapangan kerja yang bermuara pada meningkatnya kecenderungan penduduk miskin akibat persaingan kurang sehat antara tenaga kerja asing dengan tenaga kerja lokal, dan belum adanya Manpower Plan atau sistem perencanaan modal manusia, yang menggambarkan proporsi keperluan tenaga kerja asing berbanding lokal, sistem remunerasi, dan sistem kesejahteraan pekerja.7) Orientasi sistem jaminan sosial, dalam hal ini Badan Pengelola Jaminan Sosial Kesehatan, yang belum menyentuh pencegahan dan pengendalian masyarakat sakit, menjaadi hal fundamen yang menyebabkan persoalan-persoalan lahir di BPJS Kesehatan.8) Orientasi dan aksi pembangunan sejak 2014, masih cenderung tertuju pada pembangunan fisik dan belum sepenuhnya mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga.9) Kebijakan-kebijakan pemerintah sebagai belum mampu menjadikan keluarga dan perempuan sebagai pilar bangsa dalam hal ketahanan keluarga, kepemimpinan perempuan, dan perlindungan anak.10) Penyebaran dan penyalahgunaan narkotika, gizi buruk, siklus penyakit tahunan yang mengikuti perubahan iklim, dan dampak perkembangan teknologi informasi yang terbuka bagi penyebaran hoax dan bahkan terus membuka peluang bagi terjadinya human and woman trafficking.11) Upaya penyusunan undang-undang tentang Penghapusan Kekerasan Sexual, cenderung membuka ruang bagi masuknya dehumanisasi, seperti meluasnya penyimpangan orientasi seksual anti kemanusiaan, LGBT (Lesbianisme, Gay, Biseksual, dan Transgender).12) Kesan terjadi pembiaran atas berlangsungnya faham liberalisme dan sekulerisme, bahkan aksi terbuka penistaan nilai-nilai dan ajaran Islam, baik yang terkait dengan akidah, syariah, muamalah, dan akhlak.13) Proses sekularisasi terbiarkan dan upaya-upaya pendidikan agama secara kaffah terhadang oleh berbagai stigma buruk bagi umat Islam yang cenderung dikait-kaitkan dengan radikalisme, terorisme, dan anarkisme.Persoalan-persoalan yang ada itu, mengukuhkan FORHATI untuk bersikap menunjukkan peduli melalui:1) Menggerakkan ketahanan keluarga sebagai benteng utama ketahanan bangsa di tengah pergerakan perubahan peradaban.2) Mengembangkan sikap tanggap terhadap realitas sosial masyarakat, baik terkait dengan upaya membalik kemiskinan (reversing poverty), kerja-kerja sosial tanggap bencana (musibah), tanggap sosial pendidikan, pengembangan gaya hidup lestari (sustainable life style), tanggap singularitas sebagai akibat perkembangan gaya hidup virtual dan trans humanitas.3) Melakukan kajian-kajian kontekstual nilai-nilai ajaran Islam dan relevansinya dengan kehidupan modern dan post modernisme secara terintegrasi dengan proses kaderisasi kepemimpinan perempuan Indonesia, sebagai bagian dari upaya menjaga dan memelihara regenerasi kaum perempuan - muslimah, baik dalam konteks politik, ekonomi, sosial dan budaya;4) Memediasi kepentingan umat dan negara melalui program-program kerjasama dan dialog, terkait dengan program-program pemerintah yang relevan.5) Memberi dukungan kepada setiap alumni HMI-wati yang akan dan sedang berkiprah di lapangan politik kenegaraan. Termasuk melakukan dialog dan menyampaikan berbagai gagasan aktual dan visioner dengan lembaga-lembaga negara yang relevan dan pencapaian kedaulatan politik, kemandirian ekonomi, dan keunggulan peradaban."Kita telah ditakdirkan menjadi kader dan alumni HMI/HMI-wati, tak ada pilihan lain bagi kita untuk terus meningkat kualitas, gairah dan ghirah mewujudkan kualitas Insan Cita. Menghadapi tantangan, memahami peluang (oportunitas), menyadari kelemahan internal, sehingga mampu memperbaiki diri untuk menjadi organisasi yang kuat sebagai bagian integral pelopor perubahan transformatif. Bukan pengekor perubahan," kutipan rilis Presidium Majelis Nasional FORHATI Masa Bakti 2017 – 2022 yang tertera di dalamnya nama, Hanifah Husein (Koordinator Presidium), Zakiyah, Mukminati, Luli Barlini dan Nuning Rodiyah.***