JAKARTA - Pemilu Legislatif (Pileg) 2019 PAN menunjukkan hasil yang kurang memuaskan, partai tersebut tidak mampu menambah jumlah kursi di DPR RI.

Di Pemilu 2014, PAN memperoleh 49 kursi, namun di Pemilu 2019 saat PAN dipimpin Zulkifli Hasan hanya memperoleh 44 kursi DPR.

Di daerah pemilihan Jawa Tengah, PAN tidak mendapatkan satu kursi pun untuk DPR RI. PAN hanya mampu meraih 832.010 suara di seluruh Dapil Jawa Tengah.

Sementara itu, di Dapil Jawa Timur, kursi PAN di DPR RI hilang dua, alhasil hasil elektroal PAN di Pemilu 2019 tidak memuaskan.

Terkait hal itu, apa yang sebenarnya terhadi di internal PAN? Dan siapa sosok yang paling bertanggungjawab atas merosotnya jumlah kursi PAN di Pileg 2019?

Menanggapai fakta elektroal PAN yang merosot tersebut, Direktur Presidential Studies Decode UGM Nyarwi Ahmad menilai figur Ketua Umum DPP PAN merupakan orang yang paling bertanggung jawab terhadap merosotnya jumlah perolehan kursi PAN di Pemilu 2019.

"Zulkifli Hasan tidak cukup berhasil dalam memperluas tingkat pengaruh dan perolehan suara PAN dalam Pemilu Legislatif (Pileg) 2019," kata Nyarwi kepada wartawan di Jakarta.

Jebloknya perolehan kursi PAN di Pemilu 2019 menurut Nyarwi, tidak bisa disalahkan kepada orang lain, karena yang bertanggung jawab terkait hasil elektoral partai adalah Zulkifli Hasan sebagai pucuk pemimpin di PAN.

Karena itu dia menilai kalau PAN masih dipimpin Zulkifli Hasan dalam lima tahun kedepan, maka diprediksi tingkat perolehan suara dan kursi partai tersebut di parlemen tidak akan mengalami peningkatan.

"Jika PAN masih dalam kepemimpinan Zulkifli Hasan, besar kemungkinan tingkat perolehan suara dan kursi PAN di parlemen tidak akan banyak mengalami peningkatan. Sepertinya PAN ya akan begitu begitu saja, tidak banyak berubah," tegasnya.

Pelaksanaan Munas PAN 2020 menurur Nyarwi menjadi momentum partai tersebut mencari figur Ketua Umum baru yang mampu meningkatkan suara partai di Pemilu 2024.

Dia menegaskan bahwa sudah saatnya PAN mencari figur Ketum baru yang mampu memiliki strategi marketing politik yang lebih bagus dan memiliki daya magnetik elektoral yang kuat.

Figur PAN kedepan menurut dia harus mampu merespon perkembangan zaman dengan bekal pengetahuan terkait strategi organisasi dan marketing politik yang canggih agar basis massa PAN tidak rontok.

Selain itu posisi Zulkifli yang rangkap jabatan sebagai Pimpinan MPR dan Ketua Umum PAN, menurut Nyarwi akan mempengaruhi kinerja Zulkifli di partai khususnya dalam meningkatkan suara.

Namun seberapa jauh pengaruhnya apakah positif atau negatif, dia menilai tergantung budaya organisasi PAN dan kapasitas kepemimpinan Zulkifli dalam memimpin partai.

Fakta elektoral membuktikan bahwa di Pemilu 2019 menjadi "panen raya" bagi dua partai politik berbasis massa Islam yaitu PKB dan PKS dengan perolehan suara yang meningkat signifikan dibandingkan Pemilu 2014. Sementara PAN dan PPP harus mengalami perolehan suara yang turun drastis.

Di Pemilu 2014, PKB memperoleh 11.298.957 suara (9,04 persen) lalu meningkat menjadi 13.570.970 (9,69 persen) di Pemilu 2019.

PKS di Pemilu 2014 memperoleh 8.480.204 (6,79 persen), di Pemilu 2019 partai tersebut meraih 11.493.663 suara (8,21 persen).

PAN di Pemilu 2014, dengan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 185.826.024, perolehan suara PAN yaitu 9.481.621 (7,59 persen).

Lalu di Pemilu 2019, DPT berjumlah 192.828.520, PAN memperoleh jumlah suara 9.572.623 (6,84 persen).***