PEKANBARU, GORIAU.COM - Penjabat Gubernur Riau Prof. Djohermansyah Djohan tidak hanya seorang yang punya kepribadian baik dan rendah hati. Tapi juga sederhana, ramah dan mudah bergaul.

Buktinya, setelah menutup acara pemberian penghargaan kepada media massa, humas dan pembuat berita (news maker) yang ditaja Serikat Perusahaan Pers (SPS) Riau di Mal SKA, Minggu (26/1/2014) sore, Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri itu langsung menuju ke Kedai Kopi Kimteng di lantai II Mal SKA. Pak Djo -- demikian dia akrab dipanggil -- ngopi bareng dengan tokoh-tokoh pers antara lain Moeslim Kawi, H. Mulyadi, Ir. H. Fendri Jaswir, MP, Ketua Harian SPS Pusat Ridho, Ketua SPS Riau Syafriadi, Ketua PWI Riau Dheni Kurnia, Sekretaris DPRD Riau Zulkarnain Kadir dan lain-lain.

Didampingi istri, Pak Djo memesan secangkir kopi susu dan roti bakar sarikaya. Inilah minuman dan makanan khas Kimteng. ''Kedai kopi ini seperti Starbuck di Jakarta,'' komentarnya. Sayangnya Pak Djo agak lama menunggu pesanan. ''Agak lama nunggunya ya,'' ujarnya.

Setelah mencicipi sepotong roti bakar sarikaya, ternyata Pak Djo ketagihan. Pria berkacamata ini mengambil sepotong lagi. Syukur pihak protokoler kantor Gubernur Riau memesan lebih banyak. Ada juga pisang goreng dan kentang. ''Saya suka ngopi seperti ini,'' ujarnya.

Di kedai kopi ini pula Pak Djo asyik bercerita. Dia mengenalkan istrinya yang berasal dari Bukittinggi. Kebetulan sekampung dengan Fendri Jaswir. ''Istri saya anak Datuak Nan Bajat,'' ujarnya. Sang istri mengaku berasal dari Jorong Situmbuak, Nagari Koto Tangah, Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam. Sedangkan Fendri berasal dari Jorong Baringin, Nagari Koto Tangah, sekampung dengan Datuak Nan Bajat.

Pak Djo juga bercerita tentang caleg, wartawan dan pemerintahan. Caleg, katanya, tetap siap setiap saat. ''Sosialisasi setiap saat,'' katanya sambil tertawa menyindir Fendri yang caleg DPRD Riau. Tentang wartawan, sempat cerita wartawan dulu dengan sekarang. ''Pak Rosihan Anwar cerita, kalau pakai mesin tik lama itu, inspirasi keluar. Apa betul?'' tanyanya.

Pak Djo juga menanyakan apakah inspirasi untuk menulis terbuka jika dengan merokok? Ketua Harian SPS menjawab tidak juga. ''Di media besar, bahkan dilarang merokok,'' ujarnya. Tentang mesin tik, kata Moeslim memang menarik. ''Bunyi mesin tik itu membuka inspirasi. Tapi kalau salah, mesin tik bisa jadi korban kemarahan,'' kata wartawan sepuh Riau ini.

Sebelum meninggalkan tempat, Pak Djo sempat menceritakan rencana pelantikan Gubernur Riau yang baru. Dia juga bercerita tentang penghargaan kepada Pemerintah Daerah yang berhasil membina birokrasi. Penghargaannya Prasamya Purnakarya Nugraha. ''Ini program Dirjen Otda dan akan dinilai objektif,'' tuturnya. (nti)