BAGANSIAPIAPI - Nelayan Bagansiapiapi, Rokan Hilir, Riau, kembali enggan melaut akibat datangnya angin musim barat atau warga Tionghoa menyebutnya angin Saitak. Akibatnya, hampir 50 persen nelayan kehilangan mata pencaharian.

''Diperkirakan, hampir 50 persen nelayan Bagansiapiapi tidak melaut. Sekarang aja ikan sudah mulai mahal," kata ketua Pokmaswas Nelayan Jaya, Jumadi kepada GoRiau.com, Rabu (5/12/2018) di Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Riau.

Dia menyebutkan, nelayan tak bisa melaut jika kondisi cuaca terus berubah menjadi ekstrim. Menurutnya, angin musim barat sangat berbeda dengan angin musim timur dan dampak dari angin musim barat, menimbulkan gelombang yang tidak menentu.

''Ketinggian ombak bisa mencapai 2 meter lebih, terutama yang berada di Selat Malaka," katanya.

Dikatakan Jumadi, pagi hari cuaca tenang, namun menjelang siang hari gelombang tinggi melanda perairan. Sebagai nelayan. mereka sangat khawatir karena bisa kehilangan mata pencaharian apalagi angin musim barat tidak bisa diprediksi kapan berhentinya.

Dia mengaku, biasanya jika musim angin barat tiba, nelayan lebih banyak menganggur dan paling juga membetulkan jaring yang robek atau merenovasi perahu. Jika punya lahan, mereka akan pergi kekebun untuk mengatasi kekurangan kebutuhan keluarga.

''Sudah dua trip nelayan tidak melaut. Diantara mereka, ada juga yang nekad turun melaut," katanya.

Menurut Jumadi, meski ombak terpantau masih tinggi disertai angin kencang, hingga kini belum ada himbauan dari pihak Polair memberikan himbauan kepada nelayan agar tidak melaut. ***