PEKANBARU- Anggota Komisi VIII DPR RI, Achmad, mengatakan keberadaan Pondok Pesantren (Ponpes) di Indonesia merupakan sesuatu yang unik dan tidak dijumpai di negara lain.

Disampaikan Achmad, Ponpes merupakan wadah pendidikan yang unik, dimana mereka memberikan pendidikan berupa kesederhanaan dan kemandirian. Ini membuat lulusan Ponpes merupakan pribadi yang siap turun ke masyarakat.

Pemerintah pusat sendiri sudah memberikan perhatian kepada Ponpes berupa UU Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pondok Pesantren dan kemudian dilanjutkan dengan Perpres tentang Dana Abadi pesantren.

"Regulasi di tingkat pusat itu tentu berkaitan erat dengan Ponpes di daerah. Karena, disana ada kewajiban pemerintah untuk memberikan dana bantuan, baik berupa hibah dan lainnya. Itu sudah diatur. Jadi, tidak ada alasan lagi pemerintah daerah tidak membantu Ponpes ini," kata Mantan Bupati Rokan Hulu dua periode ini, Jumat (22/10/2021).

Keberadaan Ponpes di Indonesia, khususnya di Riau, menurut Achmad, sudah dikelola dengan cukup baik, bahkan ada Ponpes yang bisa mendidik lebih dari 3000 santri, yakni Ponpes Bidayatul Hidayah, di Rokan Hilir

Artinya, jelas Achmad, pengendalian secara mandiri oleh Pimpinan Ponpes sudah ada, ini akan lebih maksimal lagi jika ditambah dengan bantuan dari Pemda. Terutama dalam meningkatkan sarana dan prasarana yang serba terbatas saat ini.

"Dengan adanya hibah dari pemerintah ini, mudah-mudahan kapasitas penampungan Ponpes bisa lebih banyak," tambahnya.

Disamping kuantitas, Achmad melanjutkan, kualitas Ponpes tentu juga akan ditingkatkan, apalagi pemerintah mau memasukkan pembinaan di beberapa bidang, seperti teknologi informasi, perikanan, perkebunan, dan UMKM.

"Jadi, Ponpes tidak hanya soal agama, tapi juga ada life skill. Dan menurut pantauan kami selama ini, sudah ada ponpes yang begitu, makanya santrinya sudah siap hidup mandiri," ulasnya.

Lebih jauh, orang tua di zaman sekarang cenderung  memilih menitipkan anaknya di Ponpes. Sebab, pendidikan di Ponpes memastikan anak-anak mereka memang dipantau selama 24 jam.

"Sehingga kemungkinan mereka melakukan hal-hal yang merusak akhlak, seperti kejahatan internet dan narkoba itu kecil kemungkinannya. Apalagi, santri ini mereka rata-rata usia pubertas. Kemarin, saya ke Ponpes di Rohul, disana mereka diberi keterampilan  silat dan alat musik, sehingga waktu mereka  berguna untuk hal-hal positif," tuturnya.

"Sering saya sampaikan, tantangan di masa depan itu sangat berat, kita butuh calon-calon pemimpin yang berlatar belakang paham akhlak dan adab. Kalau orang berilmu tapi tak berakhlak, itu akan membawa dampak buruk. Intinya, adab dan akhlak harus diutamakan, kalau dua itu sudah dikuasai InsyaAllah ilmu akan ngikut," tutupnya. ***