PEKANBARU – Hak dan keadilan negeri Riau patut disuarakan lantang dan wakil-wakil rakyat Riau harus berjuang dan mendobrak secara simultan di pusat kekuasaan negara.

Berangkat dari keprihatinan dan kepedulian terhadap kondisi Riau yang rakyatnya masih sangat jauh dari sejahtera dan makmur, demikian juga dengan masih tertinggalnya pembangunan daerah Riau, Dr drh H Chaidir MM, tokoh masyarakat Riau yang saat ini sebagai Ketua Umum Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR) dan berpengalaman menjabat dua periode sebagai Ketua DPRD Provinsi Riau, memantapkan diri maju sebagai bakal calon anggota DPD RI pada Pemilu 2024.

Hari ini, Kamis, 29 Desember 2022, azam tersebut dinyatakan dengan mendaftarkan diri dan menyerahkan persyaratan dukungan minimal sebanyak 2.024 pemilih yang tersebar di 12 Kabupaten dan Kota se Riau.

“Nasib Riau maupun kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Riau tak dapat hanya digantungkan pada kebijakan pemerintah pusat, tetapi akan ditentukan oleh rakyat Riau sendiri. Tersebab itu, saya sebagai anak jati Riau berazam berkhidmat pada negeri untuk menyuarakan dan memperjuangkan dengan sungguh-sungguh aspirasi rakyat Riau yang masih belum diperhatikan dan diberikan secara nyata oleh pemerintah pusat. Perjuangan tersebut akan efektif apabila kita melakukannya secara bersama-sama bersinergi dan berkolaborasi,'' demikian papar Chaidir.

Provinsi Riau yang terbentuk pada tahun 1957, di awal sejarah pembentukan dimekarkan dari Provinsi Sumatera Tengah, didasari oleh keinginan untuk menentukan nasib sendiri, membangun negeri Riau sesuai dengan budaya dan kearifan Melayu Riau. Agar derap langkah pembangunan di Riau lebih cepat dan sejajar dengan provinsi-provinsi di Indonesia lainnya yang telah lebih dahulu maju dan berkembang. Kini telah 65 tahun usia Provinsi Riau, faktanya harapan dan cita-cita pendiri Provinsi Riau masih belum sepenuhnya terwujud.

“Apatah lagi, jauh sebelum Indonesia merdeka, pun disaat perjuangan mempertahankan kemerdekaan bahkan untuk mengisi pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai saat ini Riau telah memberikan kontribusi yang sangat besar, baik dari kekayaan sumber daya alam migas yang selama ini menjadi andalan negara untuk sumber dana pembangunan, begitu juga sumbangan dari kekayaan sumber daya kehutanan dan perkebunan. Riau juga telah mendedikasikan Bahasa Melayu sebagai Bahasa Persatuan dan Bahasa Resmi Negara. Tersebab itu, adalah patut Riau mendapatkan keadilan dan keberpihakan yang proporsional bagi mempercepat pembangunan dan mengejar ketertinggalan Riau”, jelas Chaidir.

Chaidir menyebut, Riau saat ini masih memiliki persoalan-persoalan yang kompleks dan mendasar antara lain kemiskinan ekstrim, stunting (kurang gizi), konflik lahan antara korporasi dengan masyarakat, permasalahan HPH dan HGU, DBH Migas dan perjuangan DBH Non Migas serta masih minimnya pembangunan infrastruktur ekonomi dan sosial (jalan, jembatan, sarana pendidikan, sarana kesehatan dan sanitasi, maupun ketersediaan air bersih), ini semua patut dan harus kita perjuangkan di tingkat nasional.

Dengan motto Bersahaja (Berbudi, Santun, Humanis, Jujur dan Amanah) yang merupakan cerminan pribadi keseharian Chaidir. Chaidir mengusung pesan moral sekaligus misi bahwa pemerintah pusat hendaknya arif dan bijak memberikan keadilan bagi daerah-daerah di Indonesia, jangan sampai hanya tuntutan daerah-daerah yang bersuara radikal saja yang mendapatkan dan diberikan perhatian khusus, sedangkan daerah-daerah yang menyampaikan aspirasi secara santun dan tidak memberontak lalu diabaikan dan tak didengar. Budaya Melayu dan tunjuk ajar Melayu mengajarkan kesantunan akal budi sebagai karakter dan jati diri Riau, tegas Chaidir.

''Saya dengan kerendahan hati, mengajak dan sekaligus memohon restu serta dukungan kita semua untuk bersama memperjuangkan hak dan keadilan rakyat Riau, agar tujuan pembangunan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dapat terwujud, Riau menjadi negeri terbilang, gemilang dan cemerlang,'' pungkas Chaidir. ***