SURABAYA - Kabar hoax dan berita fitnah di media sosial masih saja mewarnai perjalanan Pilpres 2019 di Indonesia kali ini. Padahal, tidak sedikit para pelaku dan penyebar sudah diproses hukum.

Hal ini disesalkan Ketua Umum MPW Pemuda Pancasila Jawa Timur, La Nyalla Mahmud Mattalitti. Demikian dikatakan La Nyalla di Surabaya, Sabtu (29/12/2018).

"Saya sudah memberi contoh dengan tobat dan tidak akan lagi ikut-ikutan seperti pada Pilpres yang lalu, dengan menyebar content negatif dan hoax. Bahkan saya meminta maaf langsung kepada Presiden Joko Widodo. Saya juga meminta semua kader dan anggota saya untuk mengikuti langkah saya. Ternyata di kelompok lain masih ada saja yang menyebar hoax. Yang terbaru, Kiai Makruf Amin dibuat meme foto palsu, gambarnya menggunakan topi sinterklas. Ini sudah keterlaluan," tandasnya.

Bahkan dirinya sendiri juga difitnah dengan beredarnya berita di media online dan medsos, yang dikatakan La Nyalla meralat potong leher, sebagai bukti bahwa Madura mendukung penuh Prabowo.

"Saya dapat link beritanya dari teman-teman. Di berita itu ditulis yang mengatakan juru bicara tim Prabowo-Sandi, Andre Rosiade. Belakangan setelah saya cross check, kapan saya mengatakan saya meralat soal itu, si Andre malah mengaku tidak pernah mengatakan itu. Lha, lalu siapa?," tanya La Nyalla.

La Nyalla yang sudah membentuk tim hukum pemantau cyber-hoax ini mengaku akan menyoal secara hukum siapapun pembuat dan penyebar hoax dan fitnah di Pilpres 2019 kali ini. Seluruh kader Pemuda Pancasila di Jatim akan berada di garis terdepan melawan segala bentuk kabar hoax dan berita fitnah di Pilpres 2019.

"Jangan beri ruang bagi mereka yang mau menghasut dan mengadu domba. Mari bersaing dengan program dan kinerja. Bukan dengan membuat meme-meme hoax dan fitnah," tambah calon anggota DPD RI dari Dapil Jatim itu.

La Nyalla secara khusus juga mengklarifikasi berita fitnah yang menyebut dirinya meralat potong leher bila Jokowi kalah di Madura. Dikatakan, dirinya tidak pernah meralat pernyataan itu. Karena ia juga tidak pernah mengatakan wahai orang Madura, potong leher saya dan seterusnya.

"Saya ini memimpin beberapa organisasi dan yayasan. Mulai dari Pemuda Pancasila, KADIN, KONI dan yayasan milik saya sendiri, La Nyalla Academia, yang sudah berkiprah selama 20 tahun di Jatim. Saya memiliki kader, anggota hingga simpatisan, baik dari sisi struktural maupun pertemanan. Dan itu tersebar di 38 kabupaten kota di Jatim. Termasuk di Madura," katanya.

"Saya punya bahasa dan cara berkomunikasi di kalangan kader dan anggota saya. Salah satunya adalah bahasa tantangan kepada mereka. Supaya mereka tahu kalau saya totalitas. Bukan main-main. Dan untuk itu, mereka juga akan totalitas mengikuti langkah saya. Bukan RKBK, alias Riting Kiri Belok Kanan. Tapi kerja beneran. Kalau saya secara khusus menantang orang Madura, buat apa? Saya punya kader dan anggota sendiri di Madura. Saya juga punya keluarga di Madura. Anak saya, ketua Sapma Pemuda Pancasila Jatim itu juga berdarah Madura," tukasnya.

Mereka itu, lanjutnya, ditantang untuk bekerja keras memenangkan pasangan Pak Jokowi-Kiai Makruf di Madura. Itu bahasa komando kepada kader dan anggota saya. "Yang bukan kader dan anggota saya, ngapain ikut komentar," pungkasnya. ***