ROKAN HULU, GORIAU.COM - Konflik lahan antara petani lokal dengan perusahaan kelapa sawit PT APSL di Dusun Jurong 18, Kecamatan Bonai Darussalam, Rokan Hulu, Riau, disinyalir mengorbankan nasib anak-anak. Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) akan menerjunkan tim untuk melihat langsung kondisi anak di dusun itu.

Ketua KPAI Arist Merdeka Sirait mengatakan dirinya akan memimpin langsung keberangkatan tim ke Jurong 18. Ia khawatir sengketa lahan mengakibatkan nasib anak-anak di Dusun Jurong 18 terkatung-katung. Proses pendidikan mereka juga terganggu. 

"Akibat konflik itu, nasib anak-anak Jurong 18 menjadi tidak jelas dan pendidikan mereka terancam. Padahal Ujian Nasional (UN) telah dekat" ujar Arist kepada Liputan6.com sebagaimana dikutip GoRiau.com di Jakarta, Minggu, (24/3/2013).

Selain melihat langsung kondisi anak-anak, lanjut Arist, Tim Komnas Anak juga akan bertemu masyarakat untuk mengumpulkan keterangan langsung tentang duduk perkara konflik. Kemudian Tim Komnas Anak akan bertemu Polres setempat untuk melaporkan data yang diperoleh di lapangan, sekaligus mempertanyakan proses pengusutannya.

"Kami juga akan bertemu pejabat setempat, DPRD, dan juga bertemu dengan Kapolda Riau," tandas Arist.

Konflik lahan diduga bermula ketika sejumlah masyarakat membeli lahan di kawasan Jurong 18 untuk ditanami kelapa sawit. Namun, dalam perkembangannya, perusahaan kelapa sawit PT APSL mengklaim tanah tersebut. Perusahaan juga diduga mengintimidasi masyarakat agar ke luar dari lahan itu.

Puncaknya, seorang petugas keamanan APSL yang tewas dikeroyok massa awal Maret lalu. Pihak perusahaan diduga melakukan pembalasan dengan membakar kampung warga. Akibat peristiwa ini petani lokal dan keluarganya meninggalkan kampung untuk mengungsi. (l6)