SELATPANJANG - Mungkin masih banyak yang belum tahu bagaimana sulitnya perjuangan orang-orang terdahulu dalam mempertahankan tanah airnya disaat penjajahan, salah satunya adalah penjajahan di zaman Belanda. Jembatan Kaso 'menjadi saksi' perjuangan Mahmud Jalal sebagai seorang anak bangsa 'Tanah Jantan' demi mempertahankan bumi pertiwinya.

Jembatan Kaso adalah jembatan yang dibangun oleh tentara Jepang yang terletak di Jalan Banglas, Desa Banglas, Kecamatan Tebingtinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau. Tempat ini ialah bagian dari pabrik Sagu Kaso. Jembatan ini dibangun khusus untuk kepentingan perusahaan pengolahan sagu milik Tentara Jepang yang bertujuan untuk mengangkut produksi sagu.

GoRiau Lokasi Jembatan Kaso yang diba
Lokasi Jembatan Kaso yang dibangun oleh tentara Jepang yang terletak di Jalan Banglas, Desa Banglas, Kecamatan Tebingtinggi.

Pabrik Sagu ini dibangun pada zaman pendudukan Jepang dan menjadi milik dari perusahaan Kaso. Namun setelah Jepang kalah perang, perusahaan ini diambil alih oleh seseorang yang bernama A Te dan anaknya A Cuan.

Pabrik sagu (sekarang menjadi untuk pembuatan Arang), Jembatan Kaso ini terletak di Sungai Suir dimana Sungai Suir ini merupakan pintu masuk ke Kampung Banglas sekaligus jalan belakang bagi Belanda untuk menaklukan Selatpanjang.

Pada tahun 1948 sekitar pukul 05:00 WIB dua buah kapal Belanda merapat di Jembatan Kaso. Kadir Jalal seorang pejuang Selatpanjang mengetahui bahwa pasukan Belanda hampir tiba di Jembatan Kaso dan segera naik ke daratan Kadir Jalal memberitahukan kepada Mahmud Jalal dan kawan-kawannya.

Sesampainya Mahmud Jalal dan pasukannya di Jembatan Kaso langsung mengintai kapal perang Belanda yang baru merapat tersebut. Para pejuang berhati-hati menghitung jumlah kekuatan musuh, usai mengetahui kekuatan musuh para pejuang mulai membagi tugas.

Mahmud Jalal dan sebagian pasukan tetap tinggal di Jembatan Kaso, sedangkan Kadir Jalal bergerak ke kota Selatpanjang dengan jalan berpencar untuk menemui dan menyampaikan berita bahwa musuh telah masuk ke Jembatan Kaso, Banglas.

Mahmud Jalal dan pasukannya menunggu kedatangan pasukan Belanda di belakang pabrik sagu. Mahmud Jalal membekali diri dengan senapan rakitan, senapan ini dirakit oleh Abdul Jalal (ayah Mahmud Jalal) yang biasanya digunakan untuk berburu. Senapan ini menggunakan peluru sebesar jari telunjuk.

Kemudian, sekitar pukul 05.30 WIB pasukan Belanda dengan mudah menemukan jalan menuju kota Selatpanjang, ketika pasukan Belanda berjalan sekitar 100 Meter mereka melihat Mahmud Jalal yang telah siap menembak pasukan Belanda.

Sarsan Chirs selaku komandan pleton Belanda segera memerintahkan anak buahnya untuk menghabisi Mahmud Jalal dengan cara menikam bukan menembak. Karena khawatir suara senapan akan mengundang kedatangan musuh beberapa tentara menyiapkan Bayonet untuk menikam Mahmud Jalal.

Mahmud Jalal akhirnya melawan 30 orang tentara Belanda, dia melawan dengan tangan kosong. Pertarungan yang tidak seimbang ini membuat berakhirnya dengan syahidnya Mahmud Jalal. Pemuda Banglas ini meninggal dengan delapan tusukan Bayonet, yang dimana tiga tusukan di badan, tiga di tangan kiri dan dua di leher hingga menembus kebelakang.

Tempat penjemuran sagu di Jembatan kaso ini dibasahi oleh darah seorang pejuang yang bernama Mahmud Jalal. Darah ini adalah saksi tentang keberanian dan pengorbanan seorang anak bangsa Tanah Jantan demi mempertahankan bumi pertiwinya.***

Penulis: Dwi Rahmadhany Tan Agma

Prodi: Pendidikan Sejarah.

Asal Universitas: Universitas Riau.

Dosen Pengampu: Piki Setri Pernantah, M.Pd

Sumber: Afrizal Cik. 2013. Tanah Jantan Yang Melawan. Pekanbaru: Lembaga Adat Melayu Riau.