YOGYAKARTA - Sebuah video yang memperlihatkan daging hewan kurban bergerak-gerak sendiri beredar di media sosial dan menghebohkan warganet.

''Astaghfirullah al 'adzim... ya Allah. Ototnya masih bergerak-gerak. Mohon penjelasan para suhu. Ini yang bergerak apa ya kalau seperti ini....?'' Demikian bunyi suara perempuan dalam video yang beredar tersebut.

Dikutip dari Republika.co.id, Direktur Halal Research Centre Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Nanung Danar Dono, mengatakan, kejadian daging bergerak-gerak sendiri sejatinya adalah hal yang bias. ''Itu kejadian normal dan biasa saja. Sering terjadi dan terlihat di rumah potong hewan (RPH). Masyarakat heboh karena tidak pernah ke RPH, jadi ini baru pertama kali melihat,'' kata Nanung kepada Republika.co.id, Ahad (3/8) malam.

Nanung menjelaskan, kejadian daging berdenyut-denyut itu bukan pertanda hewan masih hidup, tapi merupakan tahapan proses konversi otot menjadi daging. Ketika cadangan energi di otot (ATP) masih banyak, maka otot akan bergerak-gerak seperti terlihat pada video tersebut.

''Di dunia peternakan, itu istilahnya pre-rigor. Setelah selesai, protein aktin dan myosin pada daging saling berikatan silang dan daging menjadi lebih kaku. Istilahnya kekakuan otot atau mayat. Bahasa Inggrisnya rigor mortis,'' jelas Nanung.

Berapa lama daging akan berdenyut? Menurut Nanung, lama waktu daging berdenyut hingga berhenti sangat dipengaruhi oleh jumlah energi (ATP) yang ada pada otot. Biasanya, pada bagian tertentu dari daging sapi bisa 5-6 jam. Pada daging kambing denyutannya bisa lebih singkat.

''Para pengusaha bakso biasanya berebut daging yang masih berdenyut-denyut begini karena jika dibuat bakso akan terasa lebih mantab kenyalnya,'' kata Nanung.

Dia menambahkan, penampilan daging yang berdenyut semacam itu umumnya karena hewan ternak tidak dipuasakan 12 jam sebelum disembelih. Itulah juga sebabnya mengapa setiap kali pelatihan kurban selalu ditekankan untuk memuasakan ternak 12 sebelum disembelih.

Nanung menjelaskan, ketika perut sapi (rumen) penuh dengan makanan, maka nutrien pakan akan dicerna menjadi glukosa (gula darah), lalu akan dikonversi menjadi glikogen (gula otot) sebagai sumber tenaga atau energi.

''Timbunan glikogen yang cukup banyak pada serabut otot tersebut menyebabkan daging jedhat-jedhut. Biasanya itu juga dapat menyebabkan daging menjadi lebih alot,'' katanya.

Jadi, sambungnya, penampakan potongan daging yang berdenyut semacam itu bukan pertanda hewan masih hidup, tapi karena sisa energi yang masih tertinggal di dalam otot. ''Semakin banyak timbunan glikogen, semakin kuat gerakannya,'' pungkas Nanung.***