JAKARTA - Perolehan suara Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Pemilu 2024 diperkirakan akan terdampak oleh atas pidato Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Staquf, yang menyebut Ormas tak boleh jadi alat politik partai.

Hal tersebut disampaikan oleh Guru besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Hotman Siahaan, menurutnya pidato Yahya soal Ormas tidak boleh jadi alat politik partai itu akan memberi dampak pengurangan suara.

Meski demikian, pengurangan suara tersebut tidak akan terlalu berdampak signifikan. “Bahwa ada pengurangan suara pada PKB karena pernyataan Gus Yahya, mungkin iya, terutama di Jawa Timur. Tapi saya kira tidak terlalu banyaklah,” kata Hotman saat dihubungi, Senin (3/1/2022).

Hotman memprediksi tak hanya PKB yang terdampak oleh pernyataan Yahya Staquf, namun juga partai politik lain yang sebagian pengikutnya dari kalangan nahdliyin. Misalnya PPP dan Golkar.

“Kalau Gus Yahya tegas betul dengan pernyataanya, saya rasa sejumlah partai politik bakal terpengaruh. Walaupun yang terbanyak PKB,” tutur dosen Sosiologi Unair itu.

Hotman berujar sebenarnya semua warga nahdliyin sudah tahu bahwa pengurus PBNU tidak boleh terlibat dalam partai politik. Namun soal pilihan politik seseorang, tetap tidak dapat dihilangkan. “Realitas politik di Indonesia kan semua orang punya hak suara,” katanya.

Hotman tidak heran bila banyak partai tetap mencoba menarik-narik NU ke kancah politik praktis karena massa ormas tersebut memang luar biasa besar.

Tapi dalam praktek di lapangan, sulit mengarahkan pilihan warga NU. Ia mencontohkan ketika Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri pada Pemilu 2004 dan ternyata kalah.

Tapi walaupun Yahya Staquf telah menarik garis tegas untuk tidak membawa PBNU sebagai alat politik, Hotman menilai ormas keagamaan itu tetap menjadi magnit untuk diperebutkan suaranya.

Sehingga, mendekati 2024 tetap saja banyak politikus maupun calon presiden yang mendekati kiai-kiai berpengaruh. “Kalau di akar rumput kan kiai-kiai NU yang punya magnit, mereka punya otonomi sendiri,” ujar dia. ***