AARHUS - Anthony Sinisuka Ginting  yang turun di tunggal putra pertama gagal menyumbangkan poin pembuka. Kekalahan dari Kantaphon Wangcharoen, membuat Indonesia tertinggal 0-1 lawan Thailand.

Bertarung pada pertandingan penyisihan Grup A Piala Thomas 2020 yang berlangsung di Ceres Arena, Aarhus, Denmark, Senin (11/10) siang, Ginting sudah tampil maksimal. Semua permainannya bisa keluar semua. Bahkan sempat unggul di poin-poin kritis.

Sayang rupanya keberuntungan tidak berpihak pada dirinya. Gim pertama sudah memimpin. Namun di dua gim berikutnya, dia gagal menuntaskan tugas. Ginting takluk, 21-16, 22-24, 23-25 dalam 88 menit.

"Tadi di gim pertama saya bisa bermain baik. Di gim kedua dan ketiga sempat tertinggal dan bisa nyusul. Sayang di saat setting saya tidak bisa menyelesaikan pertarungan. Sayang juga saya tidak bisa menyumbangkan angka. Padahal di beregu seperti Piala Thomas satu angka itu sangat penting," kata Ginting usai laga.

Pertarungan di gim pembuka antara Ginting dan Wangcgaroen berjalan ketat. Ginting sempat memimpin di interval pertama. Namun, lawan sempat melaju meninggalkan angka. Setelah itu, peraih medali perunggu Olimpiade Tokyo bisa membalikkan keadaan dan unggul 21-16 setelah pengembalian Wangcharoen keluar.

"Gim pertama saya bisa bermain baik. Saya bisa mengontrol permainan," ucapnya.

Di gim kedua Ginting sempat unggul hinga 6-4. Namun setelah itu ketinggalan terus hingga 7-11 di interval gim kedua. Perolehan sempat didekati Ginting hingga 9-11, tetapi setelah itu, lawan kembali meninggalkan angka Ginting hingga 10-15.

Meski tertinggal, Ginting terus berupaya mengejar, bahkan pelan tapi pasti bisa menambah angka demi angka. Ginting pun memaksakan terjadi seting 20-20. Hanya karena kesalahan sendiri dan terpeleset, Ginting merelakan gim kedua untuk Wangcharoen dengan 22-24.

Gim ketiga perolehan angka demikian seret. Perbedaannya hanya tipis. Ginting memimpin interval gim kedua setelah lawan gagal menjangkau shuttlecock, 11-10.
Sempat tertinggal tiga poin, Ginting bisa nengejar hingga terjadi setting 20-20. Di poin kritis, terus terjadi jejar-kejaran angka hingga 22-22.

Poin terakhir yang memenangkan Wangcharoen, terjadi karena Ginting mengira pukulan smash ke arah badan lawan bisa mematikan. Ternyata refleks Wancharoen pas dan bisa mengembalikan shuttlecock halus ke sisi depan dan tak terjangkau Ginting.

"Di poin-poin kritis itu tak hanya faktor fisik dan teknik yang menentukan. Tetapi juga ada faktor mental dan keberuntungan," ujar Ginting.

Menurut pelatih tunggal putra Irwansyah, pada poin-poin kritis Ginting terlau bermain aman. Dia kurang berani menekan saat memimpin angka di 23-22. Dia kurang nekad untuk meningkatkan tekanan, toh lawan juga sudah capek dan tegang.

"Intinya Ginting kurang nekad dan berani di poin-poin kritis. Kurang menekan dan maunya bermain aman. Padahal sudah saya ingatkan untuk lebih berani. Namun inilah pertandingan. Ada menang dan kalah. Ginting kali ini kalah," sebut Irwansyah.

Kendati kalah, Ginting menyebut puas karena permainannya bisa keluar semua. Dibandingkan dengan laga perebutan Piala Sudirman di Finlandia lalu, penampilan Ginting di Piala Thomas kali ini jauh lebih berkembang.

"Secara keseluruhan ada hal yang layak disyukuri, permainan saya lebih berkembang. Semua bisa keluar kendati kalah," sebut Ginting. ***