BANGKINANG - Pemerintah Kabupaten  Kampar minta seluruh pihak wajib bersinergi antisipasi kebakaran lahan. Karena menurutnya pencegahan lebih baik dari pada penanganan.

"Untuk itu diharapkan kepada seluruh pihak dan masyarakat, terkait Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) agar bersinergi dalam rangka melakukan antisipasi terhadap bencana kebakaran," tegas Plh Bupati Kampar, Yusri saat membuka rapat koordinasi penanganan kebakaran lahan dan hutan (Karlahut) di Kampar di Aula Kantor Bupati Kampar, Kamis (15/8/2019).

Terlihat dihadiri oleh Ketua Tim Asistensi Mabes Polri Brigjen Polisi Nasri, Kapolres Kampar AKBP Andry Ananta Yudhistira, Kalaksa BPBD Kampar Tarmizi para Camat dan kepala desa se-Kabupaten Kampar.

Plh Bupati Kampar menyampaikan bahwa saat ini terdapat 28 titik api pada saat ini. Dan kebakaran pada kali ini, masih menurutnya jauh lebih baik dari pada tahun 2015 lalu. Titik api mencapai 700 titik. Namun ia mengingatkan, jangan terlena dengan situasi tersebut.

"Antisipasi selalu harus dilakukan, karena kalau sudah terjadi, banyak dampak negatif yang akan terjadi seperti lumpuhnya ekonomi, terganggunya kesehatan dan lainnya yang akan merugikan masyarakat. Dan tentunya akan menyedot anggaran yang sangat besar," sebutnya.

"Rapat koordinasi yang kita lakukan hari ini merupakan salah satu usaha kita untuk melakukan antisipasi terhadap bencana Karlahut ini. Kita berharap dengan adanya rapat ini, yang juga dihadiri oleh tim dari Mabes Polri untuk melakukan pencerahan, membawa dampak positif pada usaha pencegahan pada tahun mendatang," ulasnya.

Sementara itu, Ketua Tim Asistensi Mabes Polri Brigjen Polisi Nasri, menyampaikan permasalahan kebakaran hutan dan lahan sudah merupakan ancaman yang masuk dalam klasifikasi kejahatan kontigensi dengan penanganan yang spesifik dan harus bersinergi dengan dinas terkait.

Nasri mengingatkan untuk antisipasi pencegahan bencana ini, harus memahami perubahan iklim. Oleh karena itu ia meminta melakukan antisipasi dini.

"Dua gangguan iklim yang ada di Indonesia, yakni elnino dan lanina. Puncaknya akan terjadi pada tahun 2020 mendatang. Dan ini kita harus memahami gangguan iklim tersebut, agar antisipasi sejak dini bisa kita lakukan sehingga bencana yang terjadi bisa diminimalisir sebagaimana yang kita harapkan," ungkapnya. ***