SELATPANJANG - Kelompok Nelayan Kuda Laut Dusun Sali, Desa Tanjung Kecamatan Tebingtinggi Barat, Kepulauan Meranti mengeluhkan adanya aktifitas kapal subkontraktor EMP Malacca Strait yang mengeksploitasi minyak disana dan lalu lalang kapal dinilai para nelayan membuat penghasilan tangkapan ikan mereka menjadi menurun.

Sebagaimana disampaikan Rudi Hartono sekretaris kelompok nelayan Kuda Laut Dusun Sali mengatakan dampak berkurangnya hasil tangkapan mereka dikarenakan ketika kapal berukuran besar itu melintas membuat ampas sagu atau Repu yang mengendap di dasar sungai menjadi terangkat kembali ke permukaan dan membuat ikan menjauh dari area tangkapan.

Adapun Repu Sagu yang menumpuk di sepanjang aliran sungai Suir itu berasal dari sembilan kilang sagu yang beroperasi disana. Mereka membuang langsung ampas sagu itu ke sungai sejak puluhan tahun lalu.

"Karena hilir mudiknya ponton kapal membuat Repu Sagu kembali naik dari dasar sungai akibatnya ikan menjauhi area tangkapan dan itu membuat hasil perikanan kami menjadi berkurang," kata Rudi saat menjelaskan permasalahannya kepada pengurus HNSI Kepulauan Meranti, belum lama ini.

Dengan hasil tangkapan yang minim membuat nelayan tidak bisa menafkahi keluarga mereka dengan baik. Dikatakan Rudi hasil tangkapannya dalam semalam yang biasanya mencapai 15 kilo kini hanya 3 kilo saja.

"Dengan hasil tangkapan yang sedikit kami para nelayan jadi ragu mau ke laut sedangkan kalau tak melaut kami tidak makan, Itulah yang kami rasakan saat ini. Selain itu anak kami butuh biaya pendidikan, kalau ini terjadi terus kami akan semakin kesulitan," ujar Rudi.

Terkait limbah sagu yang telah mencemari sungai, Rudi mengatakan jika pihaknya sudah berkali- kali menyurati dinas terkait, namun belum ada tanggapan.

"Kami sudah beberapa kali menyurati Dinas Lingkungan Hidup, namun sampai saat ini belum ada tanggapan," pungkasnya.

Sementara itu, Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kepulauan Meranti berusaha untuk menampung aspirasi dari kelompok nelayan dan akan berkoordinasi dengan pihak perusahaan untuk mencari solusi terhadap masalah yang dikeluhkan para nelayan.

Dalam hal ini HNSI memberikan solusi kepada nelayan untuk mencoba beralih ke sektor budidaya ikan untuk menambah penghasilan nelayan.

"Kami menawarkan kepada nelayan untuk mencoba sektor budidaya sistem Bioflox. Nelayan tetap melaut dan ini untuk cadangan saja dan menambah penghasilan, jika setuju ini akan kita bicarakan ke pihak perusahaan untuk menyalurkannya dalam bentuk CSR," kata wakil HNSI Kepulauan Meranti, Syamsidir.

Dikatakan Syamsidir itu merupakan salah satu solusi yang diberikan dan masih banyak opsi lain sesuai dengan bidang yang bisa ditekuni para nelayan.

"Ini salah satu solusi dari kami atau bisa mencoba untuk sektor lain, kalau untuk kerambah kita perlu memikirkan kondisi perairan kita yang sudah tercemar. Untuk hasil dari Bioflox sendiri tak usah khawatir, pemasaran sangat mudah," ungkapnya.***