PEKANBARU - Kombes Pol Sugiyono, salah satu narasumber dalam dialog pencegahan paham radikalisme terorisme bagi media massa di Provinsi Riau yang diadakan FKPT dengan Polda Riau, menyatakan bahwa media sangat berperan untuk mengedukasi masyarakat terkait praktek radikal.

Radikalisme menurut Dirbinmas Polda Riau Kombes Sugiyono adalah gerakan melakukan perubahan cepat dengan jalan kekerasan. Mereka meyakini padanganya sebagai tindakan yang benar, walupun padanganya tersebut ditentang banyak orang termasuk keluarga dan kaumnya.

Kombes Pol Sugiyono juga mengutip salah satu pernyataan dari Syeikh Dr. Muh. Tahir Ul Qadri tentang mindset radikal. Dalam kutipanya tersebut minset radikal meyakini pandangan mereka sebagai reprentasi Islam yang sebenarnya, dimana kaum muslimin tidak setuju, seluruh penguasa muslim juga tidak setuju, dan paham yang tidak sesuai dengan hukum Islam sendiri.

"Paham-paham seperti inilah yang harus diwaspadai, karena tindakan radikalisme ini menganggap lembaga demokratis dan pemilu sebagai perwujudan dari kekafiran. Dan mereka beranggapan harus melakukan tindakan jihad yang digelorakan sebagai bentuk perlawanan," sambut Kombes Sugiyono.

Bentuk perlawanan yang dilakukan para pelaku radikal menurutnya, karena mereka berfikir bahwa kelompoknya adalah satu-satunya yang mendapat hidayah dan menganggap ulama salaf para pendahulunya sebagai orang jahiliyah, syirik dan bid'ah. "Dengan merasa sebagai pahlawan jihad, mereka menghalalkan tindakan misalnya seperti membunuh birokrat pemerintah, masyarakat yang dianggap mendukung pemerintah dan lain-lain," lanjutnya.

Dirinya juga menambahkan bahwa mindset inilah yang telah dijadikan sebagai ideologi dan pola pikir, yang mampu mempengaruhi seorang muslim radikal sehingga berani melakukan aksi kekerasan. "Aksi kekerasan yang mereka lakukan seperti membunuh, perampokan dan penyerangan terhadap pemerintah maupun instansi tertentu, tempat ibadah, tokoh-tokoh agama. Dan mereka sangat yakin bahwa dengan melakukan aksi mengerikan ini pasti masuk surga, ini yang membuat mereka selalu nekad," tuturnya.

Adapun faktor penyebab radikalisme itu sendiri banyak sekali sebab musababnya. Diantaranya adalah faktor kemiskinan, kurangnya pendidikan, marjinalisme, otoritasian, dan standar ganda dari negara maju.

"Banyak sekali teori-teori yang menjelaskan bahwa seseorang bisa menjadi radikal, bahkan menurut ulama arab Syeikh Dr. Naji Ibrahim dan Syeikh Ali Halaby, radikalisme atau terorisme yang mengatasnamakan Islam disebabkan dua faktor yaitu paham takfiri ( pengkafiran dan paham extrim terhadap jihad," jelasnya.

Adapun proses rekrutmen yang mereka lakukan biasanya dengan mengiming-imingi harta benda, dan jaminan masuk surga bagi yang bersedia melakukan jihad dengan dalih berjuang dijalan allah, walupun hal tersebut sangat bertentangan dengan sebagian besar ulama.

Masih menurut Kombes Pol Sugiyono, paham terorisme dan radikalisme ini bisa dilakukan siapapun, agama apapun dan suku apasaja. Jadi sebenarnya terorisme sendiri adalah tindakan teror yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab dengan mengatasnamakan organisasi tertentu. Teroris menurutnya bukan Islam atau mengatasnamakan agama lain, tapi lebih kepada seorang oknum yang membuat pekerjaan teror yang meresahkan masyarakat umum dan sebagainya.

Untuk pencegahan hal-hal yang berkaitan dengan terorisme dan paham radikalisme di Provinsi Riau, pihaknya sangat- sangat membutuhkan seluruh awak media sebagai penyambung lidah kepada masyarakat Riau, khususnya edukasi terhadap bahannya paham tersebut.

"Media perannya sangat penting, karena semua masyarakat mengakses informasi melalui media baik cetak, elektronik, televisi maupun media online," pungkasnya.

Ditempat yang sama Kabid Humas Polda Riau AKBP Guntur Aryo Tedjo kepada GoRiau.com mengingatkan, agar media selalu memberikan informasi terkait bahannya paham teroris di Provinsi Riau. "Keterkaitan media sebagai penyambung lidah masyarakat, media akan mempunyai peran dalam menyampaiakn berita-berita tentang radikalisme. Pihak Kepolisian bisa mengantisipasinya dengan adanya peran media," ungkapnya.

Untuk antisipasi tindakan-tindakan radikal di Provinsi Riau, saat ini dari Kepolisian sudah mempersiapkan edukasi dan membangkitkan lagi sistem keamanan lingkungan dari mulai unsur RT/RW dengan melibatkan Babinkamtibmas.

"Tugas mereka adalah mengedukasi tentang faham radikelasime, dan kekerasan. Adapun langkah kedua melakukan patroli ditempat-tempat rawan, dari tempat yang sudah kita petakan," ungkapnya.

Di Provinsi Riau sendiri belum ditemukanya para aksi teroris yang terorganisier, hanya saja baru terdapat indikasi beberapa bulan yang lalu ada dua pemuda yang diduga akan bergabung dengan ISIS.

"Baru indikasi, dua pemuda tersebut akan bergabung dengan ISIS, kita sudah amankan dan sudah dikembalikan ke orang tuanya walaupun tetap dalam pengawasan Kepolisian dan tetap mendapat edukasi. Jadi statusnya baru akan berangkat tapi belum bergabung, jadi kami mengingatkan jangan sampai tergiur karena iming-iming atau upah," pungkasnya. ***