TELUKKUANTAN - Di tengah persiapannya untuk berangkat ke Jepang, Muhammad Peri Syafrizal menyempatkan diri untuk mencari miniatur jalur. Miniatur tersebut akan dijadikan sebagai cendramata untuk Pemerintah Jepang.

"Saya berangkat ke Jepang tak hanya meningkatkan kompetensi, tapi misi utama adalah memperkenalkan budaya pacu jalur," ujar pria 28 tahun tersebut kepada GoRiau.com, Kamis (31/8/2017) pagi di Telukkuantan.

Hingga saat ini, dirinya baru memiliki satu miniatur jalur. Ia berharap, ada masyarakat yang membantu miniatur jalur sepanjang 30 cm. Menurutnya, semakin banyak miniatur yang ia bawa, maka pacu jalur akan semakin di kenal dunia.

"Kalau ada yang mau menyumbang, tentu sangat bagus. Sebab, selain untuk Jepang, ada 35 negara di dunia yang ikut program ini," ujar Peri.

Tidak hanya budaya pacu jalur yang akan diperkenalkan Peri di kancah internasional tersebut, tapi juga pakaian adat Riau dan Kuansing khususnya.

"Ada dua misi yang saya bawa ke Jepang, yakni misi pendidikan dan misi kebudayaan. Inilah yang sesungguhnya memotivasi saya untuk ikut Training Program for Teacher di Jepang," tutur anak dari pasangan Rosnan Syaf dan Darlisma ini.

Dengan misi tersebut, ia berharap kebudayaan Kuansing yakni pacu jalur semakin mendunia dan tentunya membuat orang luar tertarik berkunjung ke Kuansing.

"Selain itu, ini juga menjadi motivasi bagi guru-guru lain, walaupun mengajar di daerah terpencil, tapi tak menyurutkan semangat untuk terus belajar," ujar guru Bahasa Jepang SMKN 1 Kuantan Hilir ini.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, satu dari tujuh putra terbaik Indonesia berasal dari Kuansing, Riau dan mereka terpilih belajar ke Jepang. Dimana, para pesertanya hanya 50 orang dari 35 negara.

Untuk bisa lulus, Peri berhasil menyingkirkan ratusan calon peserta dari berbagai provinsi di Indonesia.

Jika dilihat dari akses menuju SMKN 1 Kuantan Hilir, sekolah tersebut masuk kategori terisolir. Sebab, sampai saat ini hanya jalan tanah merah dan bila musim hujan tiba, sangat sulit dilewati.***