SIAK - Gedung megah yang terletak di belahan sungai Siak, Kecamatan Mempura yang diberi nama gedung daerah Sultan Syarif Kasim II ternyata membutuhkan biaya perawatan yang cukup besar setiap tahunnya.

Tapi kenyataannya, di tengah kondisi anggaran daerah yang terus menurun, biaya perawatan gedung yang dibangun 3 tahap dengan anggaran mencapai Rp135 miliar itu juga harus dirasionalisasi dari yang seharusnya Rp2,7 miliar menjadi Rp200 juta pertahunnya.

Kepala Dinas PU Tarukim Siak, H Irving Kahar saat dikonfirmasi GoRiau.com membenarkan hal itu. Sejak diresmikan 2017 lalu, gedung daerah terbilang jarang digunakan untuk kegiatan pemerintahan.

Namun demikian, pemerintah juga harus menggangarkan 2 persen dari nilai bangunan untuk biaya pemeliharaan pertahunnya. Itu sudah diatur dalam Permen PU Nomor 45 tahun 2007.

"Karena kondisi keuangan daerah yang terus menurun saat ini, biaya pemeliharaan gedung daerah itu hanya bisa direalisasikan Rp 200 juta pertahun. Dan nilai itu jauh sekali kecil dibandingkan yang semestinya. Jadi perbaikan yang dilakukan hanya kepada yang sifatnya mendesak dan harus segera diperbaiki," kata H Irving.

Masih dikatakannya, untuk biaya rutin membayar upah 5 orang tenaga kebersihan atau cleaning servis selama setahun saja sudah menelan biaya hingga Rp72 juta. Belum lagi biaya listrik, BBM genset dan perawatannya lainnya.

"Seperti genset itu, wajib dipanaskan setiap hari. Jika tidak akan mudah rusak, dan perlu biaya lagi untuk pengadaannya. Itu juga mesti ada 1 orang operatornya yang menangani soal genset itu, dia paham secara teknis tentang genset. Ditambah lagi membeli alat-alat kebersihan yang menjadi belanja rutin," ujarnya.

Belum lagi untuk biaya perbaikan yang tidak terduga, seperti lampu dan kabel nama gedung daerah sering hilang dicuri orang. Pendingin ruangan yang harus dilakukan servis berkala agar tetap bagus dan kaca jendela gedung daerah yang pecah dirusak OTK.

"Padahal pengamanan juga sudah kita sediakan di sana, bahkan beberapa sisi bangunan juga sudah ada CCTV, tapi orang tetap saja ada yang berniat jahat untuk mencuri di sana. Itu kaca pecah saja sudah terjadi lebih dari 3 kali, untuk mengganti 1 kaca saja sudah menelan biaya hampir Rp10 juta," sebutnya.

Gedung daerah yang dibangun di lahan seluas 1,6 hektar itu juga rumput di pekarangannya hanya bisa dipotong sekali dalam sebulan. Meningat anggaran yang sangat terbatas itu.

"Makanya tidak imbang jika sewa gedung itu Rp1,5 juta per hari. Untuk menutupi biaya listriknya saja tidak cukup, apalagi untuk servis AC dan sound sistem yang ada saat ini. Kalau bisa retribusi penggunaan gedung ini dievaluasi kembali," tandasnya.

Irving juga menjelaskan dalam waktu dekat, Pemkab Siak akan menggelar nonton bareng anak yatim di gedung daerah tersebut. Tentunya, Dinas PU Tarukim Siak mulai melakukan persiapan untuk acara yang bakal dihadiri 2.000 anak yatim di Kabupaten Siak.

"Sekarang kita masih melakukan beberapa perbaikan di bagian dalam dan luar bangunan. Kemarin saat hujan angin di Siak, atap gedung ada yang lepas, sejumlah lampu juga ada yang bolanya putus. Yang sifatnya mendesak akan kita prioritaskan untuk diperbaiki menjelang acara nonton bareng nanti," tuturnya. ***