PEKANBARU - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Riau, Decymus optimis prospek ekonomi Provinsi Riau pada tahun 2020 tetap terjaga dan masih bisa bertahan dari kondisi ketidakpastian global.

Ia menjelaskan, bahwa perekonomian global kondisinya saat ini memang sedang berada dalam fase melambat, bersamaan dengan perang dagang yang hingga kini belum menemui titik penyelesaian. Sementara itu, permintaan crude palm oil (CPO) dunia juga masih dibayangi berbagai hambatan, baik tarif maupun non-tarif.

"Perlambatan ekonomi global ternyata memukul ekspor Riau. Ekspor yang terpukul menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Riau melambat secara signifikan. Tren pertumbuhan ekonomi Riau terus melambat sejak 2011 dan semakin rendah sejalan dengan ekspor," kata Decymus dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia yang dilaksanakan di lantai III BI Riau, Kamis (12/12/2019).

Untuk bertahan dari kondisi tersebut, BI memandang bahwa hilirisasi merupakan kunci untuk bertahan. Di mana, hilirisasi ini dapat dipercepat dengan meningkatkan kemudahan berusaha yang juga perlu dukungan infrastruktur strategis.

"Hilirisasi merupakan kunci Riau untuk bertahan dari pelambatan ekonomi. Hilirisasi di Riau berpotensi untuk ditingkatkan. Selama ini baru ada 20 jenis produk turunan. Padahal di Malaysia sudah menghasilkan 147 produk. Kalau kita mendorong hilirisasi, kita akan selamat dan tidak akan banyak mengalami hambatan di tahun depan," ujarnya.

Ditambah lagi, berbagai sektor alternatif pertumbuhan ekonomi Riau seperti sektor perdagangan, perikanan, real estate, UMKM/Ekonomi Kreatif, dan pariwisata juga semakin berkembang.

"Dengan berbagai peluang dan tantangan tersebut, pemulihan ekonomi Riau 2020 diperkirakan berlanjut," kata Decymus lagi dalam paparannya tentang peluang dan tantangan ekonomi Riau tahun 2019, serta prospek ekonomi, dan upaya ke depan yang dirangkum dalam satu tema "Sinergi, Transformasi, dan Inovasi Menuju Riau Bersatu dan Indonesia Maju" tersebut. ***