JAKARTA, GORIAU.COM - Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla semestinya konsisten dengan apa yang sampaikan sebelumnya.Bahwa Gubernur DKI Joko Widodo belum pantas untuk memimpin Indonesia karena belum berhasil memimpin Jakarta. JK pun dinilai menjilat ludahnya sendiri.

''JK ini lucu. Dia bilang (Jokowi) belum saatnya menjadi presiden. Tapi akhirnya (JK) mendukung, bahkan menjadi cawapres,'' jelas pengamat komunikasi politik Hendri Satrio kepada awak media, hari ini.

Karena itu pula, menurut Hendri, dugaan banyak kalangan akan ada dua matahari kembar, bahkan JK lebih mendominasi pemerintahan mendatang kalau keduanya menang pada Pilpres 2014 semakin kuat. Sebab, JK sudah menyiratkan dia yang lebih paham persoalan. "Selain itu juga, begitu JK ditetapkan sebagai cawapres, itu sandera pertama kepada Jokowi," imbuh dosen Universitas Paramadina ini.

Sebab, Jokowi sejak awal, ungkap Hendri, ingin cawapres yang mendampinginya adalah tokoh muda. Bahkan, Jokowi sudah memberi sinyal inisial A, yang menurut Hendri setidaknya merujuk pada tiga nama, Abraham Samad, Agus Martowardoyo, dan Anies Baswedan.

"Kalau PDIP mendukung 100 persen, mestinya (cawapres) diserahkan ke Jokowi. Berarti PDIP setengah hati mendukung Jokowi. Kasihan Jokowi ditekan dua orang senior, Megawati dan JK. Sebagai petugas partai, akhirnya dia menerima tugas partai," tandasnya.

Pada pertengahan Maret tahun lalu kepada sebuah media, JK mengingatkan Jokowi jangan dulu berpikir untuk jadi presiden. Karena masih banyak persoalan yang harus diatasi. "Macet masih macet, banjir masih banjir, kumuh masih. Belum ada buktinya sukses," tegasnya JK.

Jika berhasil menjadi memimpin Ibukota, pada waktunya Jokowi akan dipercaya masyarakat untuk jadi presiden. "Saya yang mengajak Jokowi ke Jakarta. Saya punya harapan pada dia. Kalau dia terlalu cepat bergeser banyak orang yang kecewa, nanti orang menyalahkan saya," jelas JK.

Belum lagi ada komentar yang cukup pedas dai politikus senior Fuad Bawazier. Fuad menyatakan secara terbuka mendukung pasangan Prabowo-Hatta di pilpres. Atas keputusannya ini Fuad rela mundur dari Partai Hanura.

Menurut dia, dukungan itu diberikan karena visi dan misi Prabowo-Hatta lebih jelas daripada Jokowi-Jusuf Kalla (JK).

"Prabowo visi misinya jelas. Kalau Jokowi-JK programnya tidak jelas. Kedua saya yakin (Jokowi) akan disetir Bu Mega (ketua umum DPP PDI Perjuangan)," ujar Fuad saat dihubungi, hari ini.

Dia mengaku sudah berdiskusi dengan Ketua Umum Partai Hanura Wiranto soal keputusan politik yang akan diambil di pilpres nanti.

"Ini sebetulnya orang Hanura kebanyakan mau dukung Prabowo, tapi tidak ada yang berani ngomong. Kalau saya orangnya terbuka. Saya sudah coba bicara dengan Pak Wiranto," tandasnya. ***