JAKARTA, GORIAU.COM - Kasus dugaan korupsi proyek bus Transjakarta menjadi titik serangan bagi Joko Widodo. Permainan politik jelang Pilpres diduga menjadi motifnya.

"Ada permainan politik di balik pembentukan opini bahwa Jokowi terlibat kasus tersebut. Jadi saat ini ada upaya menyerang Jokowi dengan kampanye hitam," kata pengamat politik Universitas Indonesia Arbi Sanit, Sabtu (24/5/2014).

Upaya keras dari lawan politik tadi, dinilainya untuk menjatuhkan nama baik Jokowi yang maju dalam Pilpres 2014. Arbi mengambil perspektif Jaksa Agung Basrief Arief yang menegaskan bahwa Jokowi tidak terlibat dalam kasus korupsi bus Transjakarta.

"Lagunya Udar Pristono sama seperti koruptor lain, selalu melempar tanggung jawab ke atas. Padahal dia sudah diberikan kewenangan. Udar itu seperti maling teriak maling," kata Arbi.

Arbi mengapresiasi pernyataan Basrief yang tegas menyatakan Jokowi tidak terlibat kasus korupsi bus Transjakarta. Di sisi lain, Arbi menilai, Udar telah dimanfaatkan juga oleh lawan politik Jokowi untuk menjatuhkan nama baik kandidat presiden yang diusung empat partai itu di mata masyarakat.

"Saya melihatnya lebih mengarah ke sana. Ini terjadi karena pertarungan menjelang pemilu presiden semakin keras," kata Arbi.

Persaingan politik, lanjut Arbi, idealnya harus diraih dengan cara yang sehat dan bermartabat.

Sebelumnya, melalui kuasa hukumnya, Razman Arif Nasution, Udar Pristono, menuding Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) melakukan kebohongan publik terkait keberadaan Michael Bimo Putranto.

"Pak Ahok perlu diperiksa dan ada pembohongan publik dari Jokowi soal Bimo. Dari pengakuan Udar, dari tiga masa pemerintahan Jakarta, dia paling tidak nyambung dengan masa pemerintahan yang terakhir," kata Razman beberapa waktu lalu.

Dia mengungkapkan, menurut pengakuan Udar, pernah satu waktu dirinya dipanggil Jokowi dan Ahok dalam waktu yang bersamaan. Namun keduanya tidak pernah menyinggung terkait pengadaan bus.

"Penanggungjawab di internal dan ekternal ya itu kepala daerah. Pak Pristono dipanggil Jokowi dan di situ ada Ahok tapi tidak ada sangkaan yang disebutkan terkait tugasnya dulu dalam pengadaan bus," ungkap Razman.

Dalam kesempatan yang sama, Udar pun merasa dirinya dijadikan tumbal oleh Gubernur DKI Joko Widodo.

Sebab, selama ini, Udar menilai Jokowi terkesan acuh tak acuh dalam menyikapi kasus ini. Padahal Jokowi, seharusnya mengetahui seluruh program pengadaan itu. "Pengadaan bus Transjakarta ini program Pemprov DKI yang berasal dari visi misi Pak Gubernur (Jokowi) yang tertuang dalam RPJMD 2013. Visi misi Pak Gubernur ini 1.000 bus Transjakarta dan 3.000 bus sedang. Ini tugas besar yang tidak mudah bagi Dishub," kata Udar.

Udar merasa Jokowi lepas tangan atas kasus ini dan meninggalkannya sendirian menyelesaikan masalah yang menjadi visi misi dari mantan Wali Kota Surakarta itu. "Saya ditinggal sendiri sama anak buah saya yang juga sudah jadi tersangka. Pak Gubernur juga tidak pernah menegur kalau saya menyimpang," ujarnya. ***