BENGKALIS - Sejak pagi, hujan lebat masih mengguyur Desa Tanjung Kapal, Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis. Walau demikian, arus kendaraan tidak henti-hentinya lalu lalang, baik roda dua maupun roda empat. Terutama menuju arah Utara Pulau Rupat.

Kendaraan roda dua mendominasi jalan poros Pulau Rupat pagi itu. Ada yang kovoi rombongan, ada pula yang berdua atau sendiri saja. Kebanyakan memang bekeluarga. Sesekali terlihat juga mobil Pick Up L-300 yang hanya ditutupi tenda seadanya berisi penuh orang.

Usut punya usut, ternyata mereka sengaja berbondong-bondong ingin menuju ke Desa Tanjung Punak, tepat di Pantai Tanjung Lapin, tempat digelarnya ritual adat Mandi Safar.

Bagi masyarakat Pulau Rupat, Mandi Safar tidak ubahnya seperti hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Jadi tidak heran, ketika ritual budaya ini digelar setiap tahunnya, mereka yang di perantauan pulang untuk ikut menyaksikannya dengan mengenakan pakaian yang bagus-bagus.

Bagi masyarakat Pulau Rupat, Mandi Safar tidak ubahnya seperti hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Jadi tidak heran, ketika ritual budaya ini digelar setiap tahunnya, mereka yang di perantauan pulang untuk ikut menyaksikannya dengan mengenakan pakain yang bagus.

Menurut tokoh masyarakat Desa Tanjung Punak, Pak Umar, tradisi Mandi Safar ini sudah ada sejak puluhan tahun silam. Waktu pelaksanaannya pada Rabu, tepatnya di minggu keempat bulan Safar. Namun untuk tahun ini dilaksanakan pada hari Sabtu, karena hari Rabu minggu keempat tahun ini bertepan dengan pelaksanaan Pilkada Serentak, 9 Desember 2015.

''Minggu keempat bulan Safar yang jatuh setiap hari Rabu atau hari terakhir, dianggap sebagai hari naas sehingga tidak baik untuk melakukan perjalanan. Untuk menghindari hal-hal yang tidak baik, pada hari itu, masyarakat di sini sejak puluhan tahun lalu melakukan ritual Mandi Safar ini yang dipusatkan di Pantai Tanjung Lapin," ujar Umar, Sabtu (5/12/2015).

Ditambahkan Umar, air yang digunakan untuk Mandi Safar ini merupakan air yang telah didoakan yang sumbernya diambil dari sumur tua yang berada tidak jauh dari Pantai Tanjung Lapin, Desa Tanjung Punak, Kecamatan Rupat Utara, Kabupaten Bengkalis.

Ada beberapa prosesi dalam kegiatan Mandi Safar. Diantaranya zikir bersama, kemudian arak-arakan diiringi kompang menuju sumur tua. Selanjutnya prosesi pengambilan air dari sumur tua oleh tokoh adat. Air diambil menggunakan timba yang terbuat dari upih, selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah sebanyak tiga buah. Air diambil oleh tiga tokoh adat kampong secara bergantian. Masing-masing orang menimba tiga kali untuk dimasukkan ke dalam tiga tempat yang telah disediakn. Setelah itu baru dilanjutkan dengan prosesi pemandian. Gayung atau cedokan untuk mandi juga unit, terbuat dari tempurung kelapa dengan tangkai kayu.

Ditambahkan Umar, Mandi Safar juga merupakan hari pertemuan bujang dan dara ditandai dengan digelarnya Joget Lambak atau sering disebut Serampang Laut. Dalam joget ini, bujang dan dara saling perpandangan dan berbalas pantun dengan harapan bisa bertemu jodohnya.

''Kalau tidak bertemu jodoh tahun ini, mudah-mudah bertemu di bulan Safar tahun depan," ujar Umar sambil membawakan beberapa bait pantun yang dibawakan saat joget lambak tersebut oleh bujang dan dara.(ail)