YOGYAKARTA - Setiap negara, tentunya memiliki hal-hal yang tak terduga. Hal seperti ini pun tak luput terjadi di Indonesia, sebagaimana yang dialami oleh WNA asal Malaysia, Ivy Phan.

Beberapa waktu yang lalu, Ivy membagikan pengalamannya saat berkunjung ke Indonesia. Ia merupakan salah seorang mahasiswa kedokteran gigi di Universitas Gadjah Mada (UGM).

Melalui channel YouTubenya, wanita berkacamata tersebut menceritakan hal yang menurutnya tak menyenangkan. Salah satunya soal layanan kesehatan di rumah sakit.

Ia membandingkannya langsung dengan Malaysia. Kata Ivy, walau setiap negara memiliki kelebihan masing-masing, negara kelahirannya itu lebih unggul di bidang pelayanan kesehatan dari pada Indonesia. "Sebenarnya ada kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kalau di Malaysia, kelebihannya di kesehatannya. Saya terima perawatan, obat-obatan, itu lebih murah dibanding saya di Indonesia," tuturnya, dikutip dari channel Ivy Phan pada Rabu (21/7/2021).

Ivy mengatakan bahwa biaya yang mahal tersebut tak berarti karena ia warga asing. Melainkan ia menanggung biaya tarif pengunjung biasa, alias tak bersubsidi.

Pengalaman berobat itu ia ceritakan saat alami dislokasi tulang bahu. Saat itu, Ivy tak mendapat perawatan atau pemeriksaan apapun. Hanya diberi obat untuk atasi nyeri dan membayarnya dengan Rp300 ribu.

"Saya sempat dislokasi bahu, terus saya ke rumah sakit, ke IGD. Enggak diapa-apain dikasih obat, itu sudah Rp300 ribu. Wah luar biasa," ungkapnya.

Enggak sampai di sana. Ivy juga menceritakan pengalaman dan perlakuan tak menyenangkan dari dokter yang menanganinya.

Sebagaimana yang ia ceritakan, dislokasi bahu yang terjadi padanya itu memang menimbulkan nyeri yang kuat. Walaupun, pada akhirnya posisi tulang yang berpindah itu akan kembali secara natural dengan sendirinya.

Hal tersebut tetap membuat Ivy merasa tak nyaman. Hingga akhirnya, ia pun meminta dokter untuk memberikannya surat izin sakit. "Selepas dua jam (menunggu di IGD), itu dokternya ketemu saya. Dia cek, terus dokternya enggak mau kasih saya surat cuti atau libur."

"Itu saya minta dokternya kasih saya libur satu hari. Bahu saya sakit, besok ada praktikum. Kami harus ukir gigi dan harus pakai kekuatan, jadi otot saya memang enggak bisa," sambungnya.

Mendengar alasan Ivy, dokter tersebut justru menuduh ia sengaja ingin bolos kuliah. Hal itu membuat Ivy amat kecewa. "Menurut saya, dia sebagai dokter pertimbangkannya bukan kesehatan atau kebaikan saya sebagai pasien, tetapi kedisiplinan," bebernya.

Soal layanan kesehatan di Indonesia memang menjadi topik yang amat Ivy tekankan nih, Bunda. Katanya, masyarakat menjadi sulit karena harus membayar mahal atau secara rutin melunasi BPJS setiap bulan. "Kalau Malaysia, di rumah sakit kerajaan atau pemerintah, orang berobat dengan Rp15 ribu sudah mendapat pelayanan paling bagus. Di sini harus bayar BPJS setiap bulan meski tidak sakit," tuturnya.***