PEKANBARU - Dinas Kesehatan (Diskes) Kota Pekanbaru mencatat, kasus stunting di Kota Pekanbaru masih terus terjadi. Sepanjang tahun 2021, setidaknya terdapat 300-an balita yang mengalami gagal pertumbuhan akibat gizi buruk tersebut.

Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kota Pekanbaru, Zaini Rizaldy Saragih mengatakan, stunting ini disebabkan kekurangan gizi kronis pada anak, terutama di 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Akibatnya anak tidak dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik.

Dalam tahap yang kronis, stunting dapat mempengaruhi fungsi kognitif anak. Dimana tingkat kecerdasan menjadi rendah dan berdampak pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Zaini menjelaskan, banyak faktor yang menyebabkan stunting pada anak. Faktor-faktor penyebab ini saling berhubungan.

"Menurut Unicef Framework ada tiga faktor utama penyebab stunting yaitu asupan makanan yang tidak seimbang, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan riwayat penyakit. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting adalah intervensi yang dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)," ujarnya, Jumat (7/1/2022).

Menurutnya, Diskes Kota Pekanbaru melakukan upaya penanggulangan stunting dengan dua intervensi. Yaitu gizi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung dan intervensi gizi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak langsung.

Selain itu, penanggulangan stunting juga memerlukan pendekatan menyeluruh. Dimana butuh komitmen dari semua pihak, termasuk kebijakan politik dan pemerintahan, serta pihak lainnya.

Pemko Pekanbaru menangani permasalahan stunting melalui perbaikan gizi pada 1.000 HPK, dengan menggencarkan sosialisasi ASI eksklusif, pendidikan gizi untuk ibu hamil, Inisiasi Menyusui Dini (IMD), Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA), program penyehatan lingkungan, penyediaan sarana dan prasarana air bersih serta sanitasi. ***