JAKARTA - Pasien yang dinyatakan sembuh dari Covid-19 tetap harus menjalani isolasi atau karantina hingga dua pekan.

Sebab, sebagian virus corona atau SARS-CoV-2 masih ada pada pasien hingga delapan hari setelah gejala tak lagi mengganggu. Hal ini diketahui melalui sebuah studi internasional berskala kecil pada pasien Covid-19 di China.

Dikutip dari Republika.co.id, dalam studi ini, tim peneliti melakukan beberapa kali tes swab tenggorokan pada semua pasien Covid-19 yang dilibatkan dalam studi.

''Temuan paling signifikan dari studi kami adalah setengah dari pasien tetap memiliki virus, bahkan setelah gejala mereka membaik,'' jelas salah satu peneliti dari Yale School of Medicine Lokesh Sharma, seperti dilansir Health24.

Pada kasus infeksi yang lebih berat, Sharma mengatakan, penderita Covid-19 mungkin bisa memiliki waktu shedding yang lebih panjang. Waktu shedding virus adalah masa di mana seorang pasien dapat menularkan penyakit.

Berdasarkan temuan ini, tim peneliti menyimpulkan bahwa pasien Covid-19 bisa menularkan penyakit selama satu hingga delapan hari. Oleh karena itu, tim peneliti menilai masa karantina pasien perlu diperpanjang untuk menghindari risiko penularan meski pasien sudah tampak membaik.

Pasien yang sebelumnya mengalami gejala pernapasan ringan akibat Covid-19 dianjurkan menjalani karantina selama dua pekan.

Berdasarkan temuan baru ini, setelah kondisi pasien pulih, pasien dianjurkan untuk menjalani karantina mandiri di rumah selama dua minggu lagi.

''Ini penting untuk memastikan bahwa Anda tidak menginfeksi orang lain,'' ungkap peneliti lainnya dari Chinese PLA General Hospital Dr Lixin Xie.

Xie dan Sharma juga memberi tahu para dokter bahwa Covid-19 tetap dapat menular meski gejala telah menghilang. Oleh karena itu, pasien yang sudah pulih tetap perlu diperlakukan seperti ketika mereka masih terinfeksi.

Xie mengatakan, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui apakah SARS-CoV-2 mampu bertransmisi pada tahap akhir infeksi. Studi terbaru ini telah dipublikasi secara daring pada American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine.***