JAKARTA- Tari persembahan merupakan salah satu tarian yang menjadi kebanggaan dan icon seni masyarakat melayu dan sudah dijadikan tarian wajib dalam menyambut tamu di Provinsi Riau.

Sesuai dengan namanya "Persembahan", tarian ini menurut KUPT Taman Budaya dan Museum Disdikbud Provinsi Riau, sudah dipatenkan sebagai tarian untuk mempersembahkan suatu penghormatan kepada tamu yang datang. Tak heran jika setiap tamu yang datang ke Riau, akan disuguhkan tari-tarian persembahan dengan ciri khas daun sirihnya.

Suka atau tidak, para tamu juga wajib memakan daun sirih yang sudah diberikan para penari. Karena ciri khas dari tarian ini adalah identik dengan pengajuan tepak sirih kepada orang atau tamu yang di hormati untuk memakan sirih yang di berikan.

"Tari ini sesuai dengan namanya yaitu persembahan adalah satu tarian yang gunanya untuk mempersembahkan satu penghormatan kepada tamu yang datang," tutur KUPT Taman Budaya dan Museum Riau, Sri Mecka kepada GoRiau.com, Sabtu (20/02/2016).

Tarian ini menurut Sri Mecka, biasanya ditampilkan pada acara-acara tertentu dan ditampilkan untuk menghormati dan menyambut tamu yang datang. "Tari persembahan ini identik dengan pengajuan tepak sirih kepada orang yang dihormati dan meminta untuk mencoba sirih yang telah diberikan. Ini merupakan tradisi yang turun menurun dalam rakyat Melayu, sekarang ini tidak hanya Provinsi Riau saja, tapi juga digunakan di Provinsi Kepulauan Riau," jelasnya.

Semantara itu, Pakar Budaya Melayu asal Kepulauan Riau T Zahril Anam yang saat ini sudah menetap di Jakarta mengatakan, tarian ini sebenarnya merupakan ciri khas dari daerah Bintan dan sejak beberapa tahun yang lalu berkembang pesat dan tersebar di daerah Melayu lainnya seperti di Riau dan Kepulauan Riau. 

Mengenai asal usul tarian ini, menurut Zahril, belum diketahuai sejak kapan ditemukannya. "Tarian ini sulit diketahui namun dipastikan "Tari Persembahan" ini telah ada sejak masa zaman kerajaan Melayu Berjaya dan menjadi tari persembahan kepada setiap tamu yang datang berkunjung," tukasnya.

Sebagai tarian persembahan dan digunakan atau ditampilkan pada saat menyambut tamu, maka tarian ini akan ditampilkan pada saat pertama kali tamu tersebut datang atau sebelum rangkaian acara di mulai. "Nah, pada saat tarian dilakukan, nantinya para penari menyuguhkan tepak sirih untuk dicicipi oleh sang tamu sebagai penghormatan," jelasnya.

Dalam perkembangannya saat ini, setelah melalui proses panjang dan melibatkan ahli tari dan budayawan Kepri, Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepri dan Riau akhirnya mengukuhkan tari persembahan menjadi tarian khas Kepulauan Riau dan Provinsi Riau.

Namun ada perbedaan yang mencolok ketika tari persembahan ini berada di Provinsi yang berbeda. Dimana di Provinsi Riau semua tamu yang duduk di kursi terdepan akan mendapatkan tepung tawar/daun sirih. Sedangkan di Kepulauan Riau, yang menerima pemberian sirih.

Ditempat berbeda, Kepala Penghubung Provinsi Riau di Jakarta, Doni Aprialdi mengatakan, tarian persembahan ini juga menjadi tradisi wajib pada acara-acara penyambutan tamu, khususnya saat digelarnya iven di Anjungan Riau yang ada di Taman Mini Indonesia Indah. "Sama halnya di Riau, di Jakarta kita juga tetap menjalankan ritual adat itu," terangnya.

Menurut Doni, tari persembahan ini dibagi menjadi dua jenis yaitu tari tradisional dan tari kreasi ,dimana kedua tari tersebut memiliki banyak perbedaan. Tari tradisional yang disajikan dengan gerakan melayu yang lemah lembut dan gemulai sedangkan tari kreasi dengan gerakan yang keras serta kaku dan memiliki ciri khas tersendiri.

Dengan dasar pemikiran untuk mengungkapkan rasa suka cita dan hati yang tulus untuk menyambut tamu yang datang berkunjung ke Riau, maka sebuah tari yang dipersembahkan pada penyambutan tamu yang dihormati dengan diberi nama „Tari Makan Sirih”, yang beberapa kurun waktu kemudian nama tari Makan Sirih diganti dengan nama „Tari Persembahan” sampai saat ini.

Tari yang diciptakan pada tahun 1957 ini sangat dilestarikan sebagai ciri khas dari Provinsi Riau. Penyajian Tari Persembahan di setiap Kabupaten Kota di Provinsi Riau memilki beberapa perbedaan. Oleh karena itu ada beberapa peneliti penyajian Tari Persembahan Pekanbaru, Pembakuan Tari Persembahan, yang bertujuan agar tidak ada lagi perbedaan dalam penyajian tari persembahan di setiap daerah yang ada di Provinsi Riau.

Bila sebelumnya memiliki banyak perbedaan di setiap daerah, mulai dari ragam gerak, properti, busana, serta cara penyuguhan tepaksirih yang tidak sesuai dengan aturan yang diciptakan oleh sang pencipta Tari Persembahan ini dirangkai dengan gerak Lenggang Melayu patahsembilan dan mempergunakan rentak langgam Melayu dengan lagu “MakanSirih”.

Tari persembahan dipersembahkan untuk tamu yang dihormati dengan maksud untuk menyampaikan ucapan terima kasih serta memberikan kehormatan dengan ikhlas sambil membawa tepak sirih, lengkap dengan sirih adatnya, yang merupakan simbol keterbukaanmasyarakat Melayu Riau kepada tamu yangdihormati.

Tari persembahan memiliki simbol dan makna yang tidak terpisahkan dariadat istiadat, kepercayaan serta kebiasaan sehari-hari masyarakat Melayu Riau.

Bentuk dan simbol terang-teranganmemasukkan pakaian, bahasa, musik, tipe rumah dan agama. Samahalnya dengan simbol dan maknaTari Persembahan yang dapat dilihat dari pola penyajian, mulaidari gerak seperti, gerakan selembayung yang merupakan bentuk dari atap rumah masyarakat melayu Riau.

Gerakan kedua, adalah gerakan dari balam dua sekawan yang mengandung makna kesetiaan dan kebersamaan. Ketiga adalah gerakan lenggang melayu patah sembilan dipersembahkan untuk tamu yang dihormati dengan maksud untuk menyampaikan ucapan terimakasih.

Busana yang digunakan merupakan simbol dari agama yang dianut oleh masyarakat melayu Riau yaitu agama Islam.Adapun makna busana Tari yaitu :sebagai pakaian penutup malu dalam agama islam.

Persembahan juga dikaitkan dengan fungsinya sebagai gerak dan busana yang sangat sopan dan santun terhadap tamu, Tepak sirih juga memegang peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat di Provinsi Riau, yang merupakan simbol penghormatan tuan rumah dan memiliki makna keterbukaan dalam menerima tamu yang datang bersilaturahmi di tanah melayu. ***