INSYA-ALLAH – sebentar lagi Idul Fitri 1443 H akan tiba. Kita akan melihat nanti berbagai penampilan yang merasa dirinya paling berhak ber-Idul Fitri.

Pertama, kita akan melihat pria gagah, wanita jelita dengan wajah ceria, berbalut pakaian serba indah yang penuh pesona. Gembira karena hari lapar telah lewat dan kini berpesta pora di tengah makanan melimpah ruah. Orang inikah yang pantas ber-Idul Fitri?

Kedua, orang hilir mudik, naik motor, berpakaian baru, berpasang-pasangan, tak jelas tujuan, menghabiskan waktu, lupa shalat, kemarin pun jarang puasa. Inikah orang yang pantas ber-Idul Fitri?

Ketiga, ada lagi orang-orang menghamburkan dana tabungan, berutang kesana kemari, bahkan ke Pegadaian hanya untuk menyatakan luapan kegembiraan ber-Idul Fitri.

Dari ketiga macam fakta di atas, seharusnya kita merenung, apakah kita seperti mereka menyatakan kegembiraan ber-Idul Fitri? Padahal Rasulullah telah mengatakan, ''Bukanlah Idul Fitri itu bagi mereka yang berpakaian baru, melainkan bagi orang-orang yang bertambah ketaatannya kepada Allah'') (HR. Muslim).

Pada hadist lain menyatakan, ''Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada penampilan kalian, melainkan Allah memandang ke dalam batin kalian terhadap Allah.''

Keempat, ada pula sekelompok manusia biasa, berpenampilan sederhana, akhlaknya terjaga, baik terhadap Allah maupun terhadap sesama. Terpancar rasa syukur dan gembira karena telah diberi Allah umur dan kesempatan berpuasa yang dihias dengan shalat tarawih, banyak beramal shaleh dan diikuti membayar Zakat Fitrah. Ramadan disadarinya sebagai suatu proses pembentukan diri dan jembatan menuju 11 bulan ke depan. Semakin sering ber-Ramadan semakin menambah ketaatannya kepada Allah dan semakin terbentuk karakternya sebagai seorang mukmin sejati.

Artinya, antara tauhid dan akhlaknya seimbang dan terlihat dari kesehariannya. Rukun Islam dan rukun Imannya berdampak dalam keseharian, akhlaknya Alquran, seruan Allah selalu diindahkan dan selalu beriman (fastajibuli walyukminubi). Tak ada rasa angkuh, penuh kejujuran, sabar, suka menolong, suka menyapa, penuh keikhlasan sepanjang waktu.

Inilah profil orang yang lebih pantas ber-Idul Fitri, segala ibadahnya berdampak tidak hanya ritual-ritual saja apalagi latah-latahan. Dia selalu introspeksi dan dengan sadar dia berkata, ''Apa yang dapat saya bagi untuk sesama hari ini? (setiap hari disebut)".

Bagi mereka, pintu muttaqin terbuka lebar, sesuai harapan kita semua, Laallakum Tattaquun.***

Drs. H. Iqbal Ali, MM adalah dosen dan Ketua Dewan Penasihat IKMR Provinsi Riau.