MEDAN-Pernikahan Kahiyang Ayu (Jawa) dan Bobby Nasution (Mandailing) dianggap sebagai contoh nyata dari praktik pluralisme. Perkawinan lintas etnis seperti itu diharapkan dapat memberikan pelajaran akan pentingnya untuk menghormati perbedaan yang ada.

Hal itu disampaikan salah seorang warga Tionghoa yang berdomisili di Tanjung Morawa, Deliserdang, Sumatra Utara, Karnadi Lim.

Fotografer yang tergabung di Komunitas Toba Fotografer Club (TPC) ini menjelaskan peristiwa “Jokowi Mantu” ini mengajarkan kepada kita bahwa Indonesia itu beragam. Pernikahan antar etnis akan menjadikan Indonesia semakin berbhineka sekaligus bersatu.

“Sudah selayaknya kita tidak terkotak-kotak dalam keetnisan kita sendiri, tetapi melihat satu kesatuan secara kompleks bahwa Indonesia bukan Jawa saja. Indonesia bukan Sunda saja, tetapi Indonesia ada Batak, Melayu, Jawa, Minang, Bugis, Tionghoa yang kesemuanya menyatu menjadikan Indonesia ada hingga hari ini. Jokowi ingin menunjukkan kepada kita semua sebuah contoh. Kita tidak sama, kita kerjasama,” ungkapnya.

Ditambahkannya, perbedaan bukan untuk diperdebatkan. Perbedaan itu perlu untuk saling dipahami. Perbedaan menjadikan Indonesia beragam, karena keragaman itulah Indonesia ada.

Menurutnya, toleransi adalah kunci dari menerima perbedaan. “Kita ada di sini karena kita berbeda, karena kita berbeda saya belajar menerima perbedaan dan bertoleransi atas perbedaan tersebut,” akunya.Karnadi melihat selama ini perbedaan yang paling sulit diterima adalah agama. Padahal setiap agama mengajarkan nilai-nilai kebaikan.

Walau begitu, Karnadi optimis, perlahan-lahan masalah agama juga tidak akan lagi menjadi bahan perdebatan di kemudian hari.

Hal sama juga disampaikan Huna, warga Tionghoa yang tinggal di Jalan Pegadaian, Medan. Pengajar di salah satu sekolah swasta di Medan ini mengapresiasi apa yang dicontohkan Presiden Jokowi.

Menurut Huna, perkawinan lintas etnis seperti yang dilakukan Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution merupakan contoh yang sangat baik dalam memandang sebuah perbedaan.

“Selama ini kita terkotak-kotak. Apalagi kalau bicara agama. Nah dengan perkawinan etnis ini perbedaan itu jadi bisa kita terima. Mudah-mudahaan orang bisa semakin dewasalah melihat perbedaan,” kata gadis yang mengaku pengagum Gus Dur ini.Perisiwa “Jokowi Mantu” merupakan perkawinan lintas etnis yang dapat memupuk rasa pluralisme di masyarakat Indonesia.