JAKARTA – Ekonom senior Faisal Basri menilai langkah pemerintah menahan harga bahan bakar minyak (BBM) dengan subsidi Rp502 triliun merupakan sesuatu yang tidak sehat. Ia mengatakan dana subsidi seharusnya bisa diberikan langsung kepada masyarakat miskin.

"Sangat tidak sehat. Coba bayangkan kalau uang sebanyak itu digunakan untuk pemberdayaan rakyat di bawah. Katakan lah dikasih satu juta per bulan per keluarga untuk enam bulan. Orang miskin kita berkurang," ujar Faisal dalam wawancara 'Blak-blakan' bersama Detik, dikutip Rabu (10/8).

Faisal mengatakan dana ini seharusnya bisa digunakan untuk meningkatkan daya beli masyarakat kelas bawah di tengah minimnya kenaikan upah. Ia menyebut perekonomian kelas bawah saat ini semakin melemah, sedangkan kelas menengah atas masih ditopang oleh subsidi.

"Kelas menengahnya di-doping oleh harga BBM murah dan macam-macam lah. Kelas menengah diuntungkan dengan kondisi seperti ini. Sementara, kelas bawah sudah makan tabungan," ujarnya.

Hal itu tercermin dari data simpanan masyarakat di bank dengan jumlah di bawah Rp100 juta atau kategori terendah yang nilainya semakin menurun, sementara simpanan di atas Rp5 miliar atau kategori tertinggi terus meningkat.

"Ini kan ironi yang membuktikan betapa pentingnya mengamankan 52,8 persen rakyat Indonesia yang kategorinya miskin, nyaris miskin, dan rentan miskin," ujar Faisal.

Faisal mengatakan subsidi BBM cenderung dinikmati oleh masyarakat kelas menengah atas. Pasalnya masyarakat miskin tidak memiliki kendaraan pribadi.

Ia pun menyarankan pemerintah tidak lagi menahan harga BBM dan menaikkannya 10 persen, sehingga masyarakat kelas menengah bawah tidak menanggung beban paling berat.

"Naikkan saja. Tinggal naikannya itu harusnya 20 persen, bisa kita turunkan menjadi 10 persen. Jadi semua menanggung beban, tetapi rakyat paling bawah bebannya bertambahnya paling sedikit," ujarnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan tidak ada negara mana pun yang sanggup menyubsidi BBM hingga Rp502 triliun seperti Indonesia.

Jokowi berkata masyarakat patut bersyukur dengan keadaan Indonesia saat ini. Dia menyebut hal itu terjadi karena pemerintah masih memberlakukan subsidi untuk BBM.

"Perlu kita ingat subsidi terhadap BBM sudah terlalu besar dari Rp170 triliun sekarang sudah Rp502 triliun. Negara mana pun tidak akan kuat menyangga subsidi sebesar itu," kata Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (1/8). ***