MUKTAMAR ke-48 Muhammadiyah yang sedianya diadakan dua tahun lalu, namun ditunda sampai wabah corona melandai dan kondisi hijau. Insya-Allah bulan ini yaitu tanggal 18 – 20 November 2022 akan dilaksanakan di Solo, Jawa Tengah.

Saya ingin menulis sekedar partisipasi saya menyambut muktamar tersebut. Tidak ada maksud lain kecuali kecintaan saya terhadap Muhammadiyah, apalagi lebih 20 tahun saya aktif, mulai dai ranting sampai menjadi ketua Muhammadiyah daerah.

Kita tahu bahwa Muhammadiyah itu sebuah gerakan yaitu; gerakan Islam, gerakan Dakwah dan gerakan Tajdid. Intinya adalah bahwa organisasi Muhammadiyah itu sebagai suatu gerakan, selalu bergerak baik fisik maupun non fisik. Melalui pemikiran-pemikiran dan amal usahanya, Muhammadiyah sudah mencapai umur 110 tahun.

Kita lihat ke belakang, pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan mempunyai cita-cita; Pertama, dengan Muhammadiyah umat Islam Indoesia dapat mencontoh kehidupan Nabi Muhammad, yaitu cara hidupnya, akhlaknya, tauhidnya maupun muamalahnya.

Kedua, dengan Muhammadiyah dapat hendaknya mempersatukan umat Islam Indonesia dari segala keragamannya.

Ketiga, dengan Muhammadiyah umat Islam Indonesia dapat dijadikan umat yang berani mengorbankan harta, tenaga, pikiran untuk kemajuan dan keluhuran agama Islam.

KH Ahmad Dahlan mempunyai keyakinan, andaikata agama Islam diamalkan dengan baik dan benar, bangsa Indonesa tidak mungkin mengalami hidup dan kehidupan yang demikian bodoh, jorok, dilecehkan, berpecah-belah dan mudah dijajah.

KH Ahmad Dahlan juga mengingatkan pengurus Muhammadiyah bahwa Muhammadiyah itu sebenarnya ada di ranting, bukan di cabang, daerah maupun wilayah. Jika melihat Muhammadiyah, lihatlah rantingnya.

Dengan amal usaha yang begitu banyak, Muhammadiyah merupakan organisasi sosial terbesar di dunia. Bidang pendidikan, dari TK sampai oerguruan tinggi, bidang kesehatan dari Klinik sampai rumah sakit tipe A. Begitu pula panti asuhan ada di setiap daerah.

Kita bersyukur, secara fisik Muhammadiyah sukses membangun amal usaha. Namun non fisik masih banyak yang perlu direnungkan, terutama setelah reformasi, di mana roh Muhammadiyah mulai pudar.

Keputusan-keputusan Tarjih, kaderisasi, wirid-wirid Kemuhammadiyan, baik di ranting maupun di daerah sudah jarang dilakukan. Pengurus Muhammadiyah sudah ada yang berebut lahan (amal-amal yang produktif). Muhammadiyah sudah disibukkan dengan mengurus orang-orang, bukan sibuk dengan meningkatkan kualitas amal usaha, apalagi yang berhubungan dengan rohnya Muhammadiyah terabaikan. Kekompakan antar pengurus, terutama antara daerah dan wilayah sangat terasa sudah mengarah kepada sukuisme.

Sebagai orang yang pernah aktif di Muhammadiyah, cukup banyak saya menerima pertanyaan￾pertanyaan tentang Muhammadiyah dulu dan kini. Muhammadiya sekarang tak ubahnya sebagai organisasi sosial pada umumnya.

Pesan KH Ahmad Dahlan tak bersua lagi: "Hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah”. Malah kesan yang timbul pula akhir-akhir ini yaitu ibarat radio sudah terhimpit gelombang oleh kelompok lain. Mengaku Muhammadiyah tapi sebenarnya bukan, mulai menguasai amal-amal usaha Muhammadiyah.

Sebagian besar ranting-ranting mati suri. Ia ada tapi tak ada (wujuduhu ka ada mihi). Pemimpin tidak memikirkan amal usaha, tapi sibuk mengurus pengurus.

Inilah yang merisaukan banyak tokoh-tokoh tua Muhammadiyah. Mau dibawa ke mana Muhammadiyah ini? Mudah-mudahan kerisauan ini terdengar oleh muktamirin.

Sekali lagi, tulisan ini bukan menepuk air di dulang, justru karena kecintaan terhadap Muhammadiyah. Selamat bermuktamar, semiga sukses dan muncul pemimpin-pemimpin yang amanah dan betul-betul menjiwai rohnya Muhammadiyah.

Dirgahayu Muhammadiyah.***

Drs. H. Iqbal Ali, MM adalah Pimpinan Muhammadiyah Daerah Kota Pekanbaru 1985-1995 dan Ketua Dewan Penasihat IKMR Riau.