PEMALANG - Pemerintah kembali melarang mudik lebaran tahun ini. Kebijakan ini sebelumnya pernah dijalankan pada Lebaran 2020 lalu.

Pedagang warung kecil di sepanjang Jalur Pantura pun, harus dua kali gigit jari. Padahal, besar harapan bagi mereka maraup rezeki di saat arus mudik dan arus balik. Saat ini, jangankan pemudik menggunakan motor, pemudik yang menggunakan mobil pun, tidak bisa diharapkan karena larangan mudik.

Kalaupun ada dengan kendaraan roda empat, sudah tidak bisa diharapkan sejak difungsikannya tol 2019 lalu hingga resmi dibukanya jalur tol.

"Mulai terpuruk sejak mobil pemudik masuk tol. Pendapatan turun drastis. Dulu, masih jaya. Saat arus mudik, keuntungan per hari bisa mencapai empat ratus ribu, bahkan bisa lebih," kata Tasrip (64) pemilik warung kecil di Petarukan, Pemalang seperti dilansir GoNews.co dari detikcom.

Warung yang berada di tepi jalur Pantura dengan menu sederhana ini, diakuinya selalu kebanjiran pemudik. Terutama pemudik yang menggunakan motor. Ada juga mobil pribadi.

"Sampai penuh warung kecil saya. Malah kita tambah gelar tikar di pinggir sana," kenangnya.

Namun, sejak difungsikannya tol, pendapatan mulai berkurang. Hanya mengandalkan mereka yang mudik menggunakan motor. "Ya turun sedikit, tapi tidak seperti kemarin. Pemudik sepi banget, karena larangan mudik juga. Sehari Rp 50.000 saja sudah senang. Kita sudah numpang makan," katanya.

"Sebagai warga kecil, ya beginilah, yang penting masih bertahan berjualan, walaupun sekarang tidak seramai dulu," ungkapnya.

Saat ini pelanggannya hanya warga lokal, termasuk pengemudi truk lokal yang mampir ke warungnya. "Pelanggan warung, ya paling supir truk lokal, yang mau ke Pekalongan. Tidak seberapa tapi kita bisa bertahan disini. Hanya pas untuk bertahan saja," jelasnya.

Tasrip berharap agar pendemi Corona berakhir, sehingga geliat warung-warung kecil di sepanjang Pantura, ada kembali. "Ya semoga virus berakhir. Tidak apa walau hanya melayani pemudik motor. Banyak teman-teman saya penjual warung yang tutup, ya karena sepi," katanya.

Kini, sejumlah warung yang ada, tidak ada kegiatan sama sekali. Bahkan, lebih banyak tutup. Padahal, tahun-tahun sebelum adanya Corona, sejak awal memasuki bulan Ramadhan, warung-warung kecil di sepanjang Pantura, mulai berbenah merapikan warungnya untuk menyambut mereka yang mudik.

Berbeda dengan Tasrip, Sriniah (39), mengakui dirinya sudah dua tahun ini tidak jualan. Dirinya kini justru menjadi karyawan rumah makan. Namun, sama saja, di rumah makan yang ia kerja, juga sepi.

"Saya tidak jualan lagi. Tidak berani. Iya kalau laku, kalau tidak gimana, yang namanya jualan makanan ya. Disini saja, rumah makan yang lebih besar dari warung saya dulu, juga sepi," katanya.

Dia mengaku dulu hanya modal Rp 500 ribu untuk belanja keperluan jualan, termasuk menyediakan pecak belut dan makanan lainnya di warungnya, bisa cepat mendapatkan keuntungan. "Modal Rp500 ribu zaman ramainya warung dulu, laba bisa berlipat-lipat. Sekarang, sepi," jelas Srinah.

"Saya hanya bisa masak dan jualan makanan. Karena sepi saya bekerja disini, itupun banyak waktu luangnya karena sepi juga," imbuhnya.

Hal yang sama dikatakan pemilik warung pecak belut di Pantura, yakni Sukemi (58), warga Ampelgading, Pemalang. "Kami hanya mengandalkan supir truk yang mampir. Ya semoga pendemi Corona berakhir, agar kita bisa berdagang dengan normal kembali," harapnya.***