JAKARTA - Untuk lebih memasifkan Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika atau yang populer dengan Sosialisasi 4 Pilar, MPR melakukan kerja sama dengan Universitas Terbuka. (UT).

Penandatanganan kerja sama dilakukan di Ruang Delegasi, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, 18 September 2020. Dalam penandatanganan kerja sama itu, pihak MPR diwakili Sesjen MPR Ma'ruf Cahyono. Sementara dari pihak UT diwakili oleh Wakil Rektor UT Liestyodono Bawono Irianto.

Ma'ruf Cahyono mengatakan, acara penandatanganan kerja sama MPR dan UT dalam Sosialisasi 4 Pilar itu, merupakan tindak lanjut kesepakatan yang telah dijalin oleh Ketua MPR Bambang Soesatyo dengan Rektor UT Prof. Ojat Darojat. "Pada hari ini merupakan tindak lanjut dari MOU itu. Saya dan Pak Liestyodono menindaklanjuti," ujarnya.

Menurut Ma’ruf Cahyono, sosialisasi merupakan amanat dari UU MD3 sehingga untuk melakukan kegiatan tersebut perlu dilakukan secara gotong royong atau kerja sama. "Dengan seluruh element masyarakat," kata pria asal Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Diungkapkan Ma'ruf, MPR telah melakukan kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk dengan berbagai perguruan tinggi. "Sosialisasi memerlukan kerja sama dengan melibatkan seluruh pihak tanpa terkecuali termasuk perguruan tinggi dan kelompok strategis," paparnya.

Ditambahkannya, mensosialisasikan nilai-nilai luhur bangsa merupakan tanggung jawa semua. Dengan semakin banyak melakukan kerja sama dengan berbagai pihak maka Pancasila, UUD, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika akan lebih dipahami oleh masyarakat secara utuh dan menyeluruh. Sosialisasi dikatakan harus dilakukan dengan berbagai metode dan mengikuti perkembangan jaman.

"Kita sudah menggunakan informasi teknologi (IT) untuk melakukan sosialisasi," ungkapnya.

Kemajuan IT itulah yang menurutnya juga perlu dikuasai agar sosialisasi bisa mengikuti perkembangan waktu. Dalam kerjasama tersebut nantinya, baik MPR maupun UT akan menyediakan narasumber untuk kegiatan-kegiatan sosialisasi. Disebut oleh Ma’ruf Cahyono, sudah banyak akademisi  yang mengikuti training of trainers yang digelar MPR. Kegiatan TOT, demikian disebut lebih popular, merupakan kegiatan untuk mencetak narasumber dalam kegiatan-kegiatan sosialisasi. "Mereka yang sudah mengikuti TOT bisa kita berdayakan lewat kerja sama ini," ujarnya.

Ma'ruf Cahyono berharap, kerjasama ini bisa dikembangkan dan disinergikan sebab menurutnya antara MPR dan perguruan tinggi, UT, dalam beberapa hal memiliki tugas yang hampir sama yaitu memeberikan edukasi. Bila di perguruan tinggi ada lembaga penelitian kata Ma'ruf, maka di MPR juga ada Badan Pengkajian dan Komisi Kajian. Badan ini diungkapkan oleh alumni Universitas Jenderal Sudirman, Purwokerto, itu memiliki bidang kajian (penelitian) sangat luas.

"Ada kajian mengenai sistem ketatanegaraan, konstitusi, dan pelaksanaannya," ucapnya.

Bicara mengenai konstitusi saja diakui cakupannya sangat luas meliputi seluruh bidang/dimensj kehidupan  bermasyaraka,   berbangsa dan bernegara. "Kalau mengkaji tentang ekonomi, pastinya juga akan mengkaji masalah konstitusi, demikian pula dengan bidang bidang lainnya," sebutnya.

Selanjutnya, Ia berharap kerja sama itu bisa dilaksanakan sesuai dengan harapan.

Sementara itu, Liestyodono dalam acara itu mengatakan, UT memiliki mahasiswa sebanyak 324.000 orang. Mereka tersebar di seluruh Indonesia bahkan ada yang di luar negeri. "Yang berada di luar negeri adalah para pekerja immigrant," ujarnya.

Alumni  yang dimiliki UT lebih dari 1,8 juta orang. Lembaga pendidikan ini memiliki 39 wilayah. "Jadi kami siap melakukan kerja sama untuk melakukan sosialisasi," tuturnya. UT dikatakan mempunyai potensi besar untuk melaksanakan sosialisasi.***