JAKARTA - Minggu malam, suasana Gedung Perpusatakaan Nasional Jakarta tampak berbeda, sejumlah pejabat seperti Ketua MPR Ri, Zulkifli Hasan, Ibu Wakil Presiden RI Mufidah Jusuf Kalla, Gusti Kanjeng Ratu Hemas, Menlu RI Retno Marsudi, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Siti Nurbaya, Wagub DKI Jakarta Sandiaga Uno berkumpul.

Selain itu ada juga Koordinator Presidium MN Korp Alumni HMI Ibu Siti Zuhro dan Budayawan Taufiq Ismail beserta ratusan kaum hawa yang tergabung dalam organisasi Forhati juga tampak semangat memenuhi gedung tersebut.

Ya Minggu (29/4/2018) malam, Presidium Forum Alumni HMI Wati (Forhati) sedang punya gawe. Mereka menggelar acara memperingati tokoh pejuang perempuan indonesia atau yang dikrnal dengan peringatan hari kartini.

Acara ini juga sekaligus dalam rangka memperingati Hari Pendidikan, yang menurut panita, antara Kartini dan Pendidikan juga tak bisa dipisahkan. Untuk itulah Forhati menggabungkan dua momen tersebut dalam satu acara bertajuk "Malam Baca Puisi Untuk Perempuan Indonesia"

"Kami menggelar acara ini untuk mengenang para pejuang perempuan Indonesia, yang secara tidak langsung sudah mendidik kita menjadi seperti ini," ujar Koordinator Presidium Forum Alumni HMI Wati (Forhati) Hanifah Husein.

Para pejuang kaum hawa kata Hanifah, sejatinya bukan hanya Kartini saja. Untuk itulah tema yang diambil mencakup seluruh pejuang perempuan. Pejuang perempuan selain Kartini kata dia, contohnya adalah Malahayati. "Ia seorang pejuang perempuan yang berasal dari Kesultanan Aceh. Kemudian ada tokoh lain seperti Cut Nyak Dhien, Dewi Sartika dan Cristina Martha Tiahahu," tandasnya.

Pada intinya kata dia, acara ini digelar untuk memperingati hari kehebatan perempuan-perempuan Indonesia, seperti Kartini dan lainnya.

Dipilih puisi, kata dia, karena ada makna yang tersirat dalam perjuangan kaum perempuan. Dengan tujuan supaya kaum perempuan bisa terinsiprasi dengan tokoh-tokoh tersebut.

"Kami juga mengkaitkan dengan hari pendidikan, karena kami Forhati, ingin mengingatkan kembali bahwa perempuan adalah "Madrasatul Ula". Jadi sekolah pertama dan utama bagi anak-anak bangsa itu adalah perempuan, kaum ibu. Itulah keinginan kami memberi pesan melalui acara ini," ujarnya.

Acara malam ini kata dia, merupakan acara perdana sejak Munas pada November 2017 lalu. Ia bersama Sekjen Forhati Jumrana Salikki ingin menunjukkan, bahwa alumni HMI Wati masih tetap eksis.

Seperti diketahui, bahwa fungsi HMI adalah Insan akademis, pencipta, mahasiswa-siswi pengabdi bernafaskan Islam serta bertanggung jawab terhadap kemakmuran rakyat yang diridoi Allah. "Jadi frame-frame itulah yang kami lakukan hari ini dengan alumni-alumni yang berada disemua lini kehidupan," tegasnya.

Forhati kata dia, adalah rumah kedua. Di organisasi inilah para alumni bernostalgia, anggotanya sendiri terdiri dari beberapa orang yang sudah berkecimpung dalam dunia usaha, politisi, teknokrat, profesor bahkan buruh dan ibu rumah tangga.

Selaian malam puisi, dalam waktu dekat atau menjelang bulan suci ramadan, Forhati juga akan menggelar acara buka bersama di 5 wilayah yang ada di DKI, dimana para politisi seperti Ketua DPR, MPR dan Wakil Gubernur DKI juga akan didaulat menjadi penceramah.

"Insya Allah akan kita menyalurkan sedekah di 5 titik seperti di Jakarta utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur dan Jakarta Pusat," urainya.

Pada tanggal 3 Juli 2018, Forhati juga berencana mendirikan sekolah "Demokrasi Insan Cita". Sekolah ini kata dia, dikhusukan untuk pendidikan politik bagi para alumni yang akan menjadi Calon Legislatif dan Senator.

"Tujuannya supaya para alumni yang terlibat politik bisa saling melengkapi di semua lini. Mereka harus jadi politisi yang Insan akademis, pencipta, pengabdi, dan punya kemampuan untuk membantu masyarakat," jelasnya.***