YOGYAKARTA - Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jenderal TNI (Purn) Moeldoko melantik pengurus HKTI DIY periode 2018-2023 di Balaikota Yogyakarta, Sabtu (31/3/2018).

Pelantikan bertajuk "Revitalisasi Tugas, Peran & Fungsi HKTI Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan serta kesejahteraan petani wilayah DIY" ini juga disaksikan oleh Walikota Yogyakarya Haryadi Suyuti, Sekda DIY Gatot Saptadi.

Usai dilantik, acara dilanjutkan dengan pembacaan ikrar yang diikuti oleh seluruh pengurus HKTI DIY periode 2018-2023.

Moeldoko mengungkapkan, pengurus HKTI dalam mengurusi petani tidak boleh hanya bicara, tapi harus mampu menunjukkan bukti. Menurutnya, melakukan sesuatu secara nyata dimaksudkan agar HKTI bisa dirasakan kehadiran dan manfaatnya oleh rakyat. 

"Jadi jangan hanya diskusi, rapat, seminar, dan lain-lain. Berbuatlah dan mulai dari yang kecil tapi penuh determinasi dan semangat besar. HKTI harus berkarya. Bukan hanya ngomong, tapi buktikan. Mana barangnya, mana buktinya. Karena itu kita buat demplot dimana, setelah demplot bagus baru undang petani," tutur Moeldoko.

Pesan lain yang disampaikan Moeldoko adalah HKTI harus memahami pertanian secara luas. Tugas HKTI bukan hanya menggeluti bidang pangan seperti padi, jagung, dan kedele saja namun juga meliputi hortikultura, perkebunan, tanaman hias, perikanan darat, peternakan, dan sebagainya. Untuk itu, Moeldoko minta seluruh insan HKTI terjun langsung ke lapangan dan berbuat sesuatu secara nyata. Hal ini selain untuk merasakan langsung kenyataan dunia pertanian di lapangan.

"HKTI hadir menjadi solusi bagi petani dan pertanian Indonesia. Tidak ada gunanya kita hanya bermodalkan spanduk, bendera, kaos dengan tulisan HKTI tetapi tidak menyentuh petani," ujar mantan Panglima TNI ini.

Moeldoko menjelaskan, agar menjadi solusi yang baik, diperlukan kolaborasi dengan berbagai pihak. Dunia pendidikan, lembaga riset dan development, social enterprise, pebisnis, dan lainnya.

"HKTI mengembangkan pertanian tidak cukup di on-farming tapi bagaimana setelah on-farming itu, yaitu mengembangkan sektor off farming. HKTI membantu memasarkan, mengemas, dan lainnya. HKTI juga menyediakan off-taker untuk produk pertanian," papar Moeldoko.

HKTI juga sudah mengembangkan bibit padi varietas M70D dan M400. M70D 7,4 ton per hektar. Varietas M400 hasilnya hanpir 11 ton per hektar dan rata ton per hektar bila menerapkan sistem operasi prosedur (SOP) yang baik.

"HKTI juga punya pupuk organik. Dengan pemanfaatan pupuk ini tanah rusak dan ekosostem berjalan. Saat ini di sawah tidak lagi ada cacing, kodok, ular, yang ada hanya satu, tikus. Kita kembalikan ekosistem tersebut. HKTI juga memiliki Brigade Anti Hama," tutur Moeldoko.

Moeldoko juga meminta HKTI melakukan pendampingan pada petani dengan transfer of technology (ToT), sehingga petani bisa menerapkan teknologi. "Kita siap mitigasi dan mengatasi hama," ujar Moeldoko. 

Tiga misi HKTI harus menjadi solusi, bridging institution, dan berkarya. Dan misi sosial HKTI memperbaiki lingkungan, meningkatkan produktivitas, menyediakan makanan sehat kepada generasi masa depan dengan makanan organik.***