TAMARA GRAY memutuskan menjadi mualaf saat tinggal di Damaskus, ibu kota Suriah, ketika usianya baru 18 tahun.

Awal menjadi Muslimah, wanita yang belakangan menyandang gelar doktor itu mengaku belum mengenal ibadah shalat sunnah. Dia baru tahu ada shalat sunnah setelah memiliki teman satu kamar seorang Muslimah asal Malaysia.

Wanita yang aktif sebagai penulis dan pembicara itu menuturkan, awal masuk Islam ia kesulitan melaksanakan ibadah wajib, yakni shalat lima waktu. Bahkan, wudhu pun terasa sangat sulit dilakukannya. Keadaan itu dirasakannya hingga 2 bulan menjadi seorang mualaf.

''Saat saya baru masuk Islam, saya selalu kesulitan dengan ibadah wajib. Sangat sulit bagi saya untuk melaksanakan shalat Zuhur dan Ashar tepat waktu. Wudhu juga sulit. Hal berlangsung hingga saya jadi Muslim 1,5 atau 2 bulanan,'' ujar Dr Tamara Gray, seperti dikutip Okezone.com yang mengutip dari kanal YouTube Ayatuna Ambassador, Kamis (11/11/2021).

Saat pindah dan sekamar dengan Muslimah asal Malaysia, pemikirannya akan ibadah shalat pun berubah. Hal ini bermula dari shalat witir yang dilakukan teman perempuannya setelah shalat Isya.

''Pada malam pertama ketika akan shalat Isya, teman kamar saya bersiap menjadi imam untuk kami. Kemudian saya shalat dengannya. Begitu selesai shalat, saya membuka mukena dan dia melihat saya berkata, 'Apakah kamu tidak akan shalat witir?','' kata Tamara.

Tamara sebenarnya tidak tahu apa itu shalat witir. Ketika itu juga belum ada mesin pencarian Google, sehingga dirinya tidak bisa mencari tahu akan hal tersebut. Sebagai seorang remaja yang berusia 18 tahun, dia ingin terlihat menjadi orang yang serbatahu, oleh karena itu Tamara hanya terdiam dan menatap sang teman.

''Saya baru umur 18 tahun, sangat sulit bagi saya untuk mengatakan kalau saya tidak tahu. Saya ingin menjadi orang yang tampak serbatahu. Jadi, saya tidak berkata apa pun dan hanya menatapnya,'' ungkapnya.

Kemudian sang teman menduga bahwa Tamara akan melakukan shalat witir setelah shalat tahajud. Dia pun kembali bingung lantaran tidak tahu apa itu shalat tahajud. Namun karena ingin menjadi remaja yang serbatahu, dia pun hanya mengiyakan perkataan tersebut.

''Lalu dia berkata, 'Oh, kamu akan shalat witir setelah tahajjud kan?' Saya juga tidak tahu apa itu tahajjud, tapi saya bilang, 'Iya.' Kemudian dia bertanya, 'Maukah aku bangunkan?' Saya jawab, 'Iya.' Subhanallah, dia melakukannya,'' cerita Tamara.

Dirinya pun segera pergi mencari tahu di buku tentang shalat tahajud. Sejak saat itu, Tamara bersyukur dipertemukan dengan sang teman, karena dia mengalami perubahan hidup yang positif dan merasakan berbagai manfaat dari shalat tahajjud.

Di balik itu, Tamara juga menemukan sosok inspiratif dari sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam bernama Tamim Radhiyallahu anhu yang dikenal sebagai penerang masjid. Dikisahkan, Tamim pernah melewatkan satu kali shalat tahajud. Kemudian dia menjadi sangat sedih dan merasa bersalah.

Guna menebus kesalahan tersebut, Tamim menghabiskan waktu 1 tahun penuh untuk shalat tahajud setiap malam. Tamara sangat kagum dengan kisah ini.

Tidak hanya itu, kisah dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam pun juga turut membuka pandangannya terhadap shalat tahajud. Pasalnya, Nabi Muhammad tetap melakukan shalat hingga kakinya bengkak. 

Tamara mengatakan, bahwa istri Rasululla, yakni Aisyah Radhiyallahu anha yang menyaksikan kejadian tersebut berkata, ''Wahai Rasulullah, apa yang engkau perbuat, sedangkan dosamu yang telah lalu dan yang akan datang telah diampuni.'' Lalu Beliau menjawab, ''Wahai Aisyah, bukankah seharusnya aku menjadi hamba yang banyak bersyukur?'' (HR Muslim)

Melalui kisah tersebut, Tamara makin mengagumi dan yakin akan manfaat dari shalat tahajjud. Meski tidak harus sampai bengkak, shalat tahajjud tetap harus dilaksanakan. Tamara mengatakan, jika seseorang merasa sangat lelah saat shalat, maka istirahatlah atau lanjutkanlah shalat dengan duduk.

Hal ini sebagaimana diterangkan dalam satu riwayat, suatu ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam masuk ke masjid. Ia melihat ada tali memanjang yang diikat antara dua tiang. Rasulullah melihatnya dengan heran, lalu bertanya kepada para sahabat yang kebetulan ada di sana, ''Tali apakah kiranya ini?'' Orang-orang menjawab, ''Milik Zainab binti Jahsy radhiyallahu anha.''

Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam bertanya, ''Untuk apakah dia merentangkan tali seperti itu?'' Orang-orang menjawab, ''Jika ia merasa lelah dalam mengerjakan sholat, maka dia menggantung pada tali itu.'' Rasulullah kemudian menyuruh untuk melepaskan tali itu. ''Jangan, lepaskan tali itu. Hendaknya di antara kalian shalat sesuai dengan kemampuan saja. Jika lelah dan tidak mampu berdiri, bisa shalat dengan duduk.'' (HR Bukhari)

Dari kisah-kisah tersebut, Tamara menegaskan bahwa mendirikan shalat tahajjud merupakan hal yang penting. Sebagai penutup, ia pun mengajak kaum Muslimin agar segera mendirikan shalat tahajjud untuk meneruskan keteladan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam.

''Sekarang mari kita tanyakan pada diri kita sendiri untuk setidaknya sedikit saja berusaha mendirikan shalat tahajjud agar kita juga bisa tumbuh pada jalan yang terang sebagaimana pendahulu kita,'' pungkasnya.***