SELATPANJANG - Kabupaten Kepulauan Meranti akan ditetapkan sebagai pilot project budidaya ikan kakap putih nasional oleh pemerintah pusat. Plotting anggaran dari Kementerian hingga Rp11,25 Miliar.

Informasi tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Perikanan Meranti, Eldi Syaputra Senin (14/6/2021). Ia menjelaskan jika hasil rapat koordinasi terakhir, tahapan pengembangan potensi tersebut telah masuk kepada penyusunan kebutuhan anggaran 2022.

"Termasuk plotting anggaran yang besar kemungkinan akan dilakukan oleh kementerian hingga Rp11,25 milliar. Begitu juga dari Pemprov Riau lebih kurang Rp2 milliar untuk tahun anggaran 2022. Dan terus berjalan hingga 2024," ungkapnya.

Menurutnya, dari 9 daerah yang diusulkan, Kementerian KKP menggambarkan jika peluang Kepulauan Meranti cukup besar.

"Status itu sudah di depan mata. Karena SK penetapan dari informasi yang kita terima sudah di meja Menteri KKP," tuturnya.

Setelah SK tersebut mereka terima nantinya, digambarkan Heldi tentunya akan banyak potensi kerja sama yang diraih oleh mereka dalam peningkatan mutu budidaya terkait.

"Sumber anggaran pengembangan potensi ini tidak semata berasal dari pemerintah pusat, pemprov dan kita saja. Namun juga akan didukung oleh pihak swasta yang bergerak pada sektor usaha sama," jelasnya.

Untuk target awal menurutnya, pengembangan setidaknya akan ada 5.000 kantong dari 1.500 unit keramba jaring apung menanti hingga 2024 mendatang. Dengan asumsi produksi hingga mencapai 2.700 ton per tahun.

Upaya untuk menjadikan Kabupaten Kepulauan Meranti sebagai kawasan pengembangan budidaya kakap putih nasional semula tertuang dalam nota kesepakatan bersama antara Ditjen Perikanan Budidaya, Pemerintah Provinsi Riau, dan Pemerintah Daerah Kabupaten Meranti.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, menyebut Kabupaten Meranti merupakan wilayah kepulauan yang memiliki potensi pengembangan budi daya laut yang besar.

Pemilihan Kabupaten Kepulauan Meranti sebagai sentra kawasan budidaya kakap putih nasional, kata dia, selain karena memiliki potensi pengembangan yang besar. Juga karena komitmen pemda yang tinggi dalam upaya percepatan pembangunan perikanan di daerahnya.

"Maka, kita buat kesepakatan bersama dengan memilih komoditas kakap putih sebagai unggulan," ucap Slamet.

"Pertimbangannya, karena kakap putih ini punya pangsa pasar yang luas dan bisa didorong untuk menghasilkan devisa," imbuh Slamet dalam keterangan tertulisnya belum lama ini.

Slamet menambahkan, secara nasional potensi indikatif budidaya laut mencapai 12,1 juta hektare dengan potensi nilai ekonomi diprediksi hingga 150 miliar dolar AS per tahun, jika seluruhnya mampu dimanfaatkan optimal (di luar rumput laut). Namun demikian, saat ini pemanfaatan potensi budidaya laut masih kurang dari 10 persen.

Slamet menegaskan, kondisi ini yang akan menjadi 'PR' besar dalam lima tahun mendatang, yakni bagaimana mengoptimalkan potensi yang ada menjadi sumber ekonomi.

Menurut dia, orientasi KKP untuk komoditas budidaya laut, khususnya kakap putih, akan lebih fokus bagi kepentingan ekspor seperti ke Cina, Taiwan, Jepang, USA, dan Uni Eropa.

Dia meyakini, kawasan Kepulauan Meranti akan menjadi pilot project nasional. Ia juga menambahkan penetapan pusat kawasan budidaya kakap putih di Kabupaten Kepulauan Meranti diharapkan akan memicu daerah lain menerapkan model serupa.

Menurutnya, prinsip pengembangan kawasan ini diharapkan akan memberikan multiplier effect yang besar bagi ekonomi dan perluasan tenaga kerja.***