PAINAN -- Kawasan Mandeh merupakan salah satu destinasi populer di Sumatera Barat (Sumbar) sejak beberapa tahun belakangan ini. Objek wisata yang ramai dikunjungi wisatawan lokal dan manca negara tersebut terletak di Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel).

Untuk bisa sampai ke Puncak Mandeh dari Padang, ibu kota Sumbar, ada dua jalur yang bisa dilewati. Pertama, menyusuri jalur lintas Sumatera, melalui Siguntur, Barungbarung Balantai dan Pasar Tarusan. Kedua, melalui jalan baru, masuk dari Bungus, Teluk Kabung, Kota Padang, melintasi wilayah Sungai Pisang.

Dari sisi jarak tempuh, melalui jalur Sungai Pisang, bisa lebih cepat. Sebab, selain aspalnya mulus, jalannya juga sangat sepi, sehingga bebas dari kemacetan.

Namun, bagi mereka yang ingin melewati jalur Sungai Pisang ini, harus berhitung matang-matang terlebih dulu. Masalahnya, jalur yang pemandangannya sangat indah karena menyusuri pantai ini, penuh dengan tikungan tajam dan tanjakan sangat ekstrem.

Bila pengemudinya kurang mahir melintasinya jalan menikung tajam dan tanjakan tinggi, sebaiknya membatalkan niat melintasi jalur ini, karena berisiko mobil gagal menanjak.

Keahlian sopir saja juga tidak cukup, harus didukung pula dengan kekuatan mobil. Mobil yang cc-nya rendah dan atau sudah dimakan usia, sebaiknya tidak menempuh jalan ekstrem ini bila ingin ke Puncak Mandeh atau pulang dari Puncak Mandeh. Sebab, jelas juga berisiko gagal saat menanjak, terutama pada tanjakan terjal di tikungan tajam.

Kemungkinan gagal menanjak diperkirakan lebih besar lagi saat hari hujan, karena kondisi jalan yang mulus akan lebih licin bagi ban mobil ketika kondisinya basah. Lebih berbahaya lagi bila hujan lebat, karena air bisa mengalir deras dari atas di badan jalan, sehingga menahan laju mobil, bahkan bisa mendorong mobil ke bawah.

Pantauan Goriau.com, saat melintas di jalur Sungai Pisang, dari Puncak Mandeh menuju Bungus, Sabtu (6/3/2021) lalu, puluhan tanjakan terjal pada jalan menikung tajam tidak hanya ditemukan pada jalan menuju Puncak Mandeh, namun juga sebaliknya.

Selain kondisi jalan yang ekstrem, ada alasan lain yang perlu dipertimbangkan pengemudi bila ingin melewati jalur ini, yakni jembatan rusak, yang juga menyulitkan mobil melintas. Apa lagi, mobil berukuran besar.

Pengamatan Goriau.com, sejumlah jembatan yang membentang di atas sungai di jalur tersebut terbuat dari kayu. Beberapa diantaranya kondisinya rusak, bahkan ada yang rusak berat, sehingga menyulitkan kendaraan melintasinya.

Beruntung, pada setiap jembatan rusak ada sejumlah remaja membantu memandu pengemudi melintas, sehingga ban mobil tetap bisa berada pada posisi kokoh pada badan jembatan yang dilalui.

Untuk jasa ini, mereka meminta imbalan seikhlasnya dari para pengemudi. ''Saikhlasnya sajo, Da,'' kata salah seorang remaja, sambil menyodorkan sebuah kardus berisi uang recehan kepada pengemudi.***