JAKARTA - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA masih menempatkan sosok Ketua DPR Puan Maharani sebagai divisi satu kandidat yang berpeluang diusung sebagai calon presiden (capres) saat pemilihan presiden (Pilpres) 2024 nanti.

Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa menjelaskan alasan anak Megawati Soekarnoputri itu masuk ke dalam kandidat terkuat diusung sebagai capres karena faktor dirinya yang masuk dalam poros pertama.

"Pertama poros PDIP, karena kalau kita melihat jumlah kursi yang didapat PDIP itu sebanyak 128 kursi dengan persentase 22,26%," kata Ardian dalam pemaparannya melalui jumpa virtual, Selasa (14/6/2022).

"Kita tahu dalam konstitusi kita bahwa calon presiden dan wakil presiden itu diajukan oleh parpol atau gabungan parpol yang angkanya minimal 20% maka poros pertama itu ada di poros PDIP," tambahnya.

Meski dalam rilis kali ini, nama Puan masih memiliki elektabilitas yang rendah dengan perolehan hanya 2%, jauh terlampaui di urutan tertinggi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan 28,9%.

Termasuk masih berada jauh di bawah nama seperti Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang menempati urutan kedua dengan 23,5%. Lalu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menempel di urutan ketiga dengan 14,6%.

Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA kali ini turut memberikan catatan kepada Puan Maharani apabila ingin melanggengkan langkahnya menjadi kandidat capres di tahun 2024. "Catatan untuk Puan Maharani cara pengenalan di angka 66,8% kesukaan 53,4% dan elektabilitas masih di angka 2%. Jadi sungguh pun bantuan tokoh utama trah Soekarno yang memegang PDIP tetapi elektabilitasnya sebagai capres belum meyakinkan," ujar Ardian.

Alhasil, lanjut Ardian, nama Puan memiliki potensi lebih besar ketika dimasukan ke dalam kandidat calon presiden (cawapres). Dimana posisinya bisa lebih memberikan peluang terbangunnya koalisi dengan partai lain.

"Jika Puan hanya sebagai cawapres, dan capresnya dari partai lain, misalnya Prabowo, PDIP memberi peluang emas bagi Gerindra untuk mengalahkan PDIP dalam pemilu 2024," tulis catatan dalam paparan.

"Jika tiket capres diberikan ke Ganjar, Ganjar jika terpilih presiden, bisa pula menjadi Ketum PDIP, yang tak disukai oleh elit pro trah Soekarno," tambahnya.

Adapun survei ini dilakukan per Juni 2022 dengan responden 1.200 orang yang dikumpulkan melalui wawancara tatap muka langsung dilengkapi riset kualitatif memakai kuesioner. Dengan margin of error sekitar kurang lebih 2,9%.***