JAKARTA – Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan, jika zona megathrust segmen Mentawai bergerak, bisa memicu gempa bumi dahsyat dengan magnitudo (M) 8,9.

Dikutip dari merdeka.com, dituturkan Dwikorita, zona ini juga yang memicu terjadinya gempa bumi dengan magnitudo 6,7 di wilayah pantai selatan Nias Selatan, Sumatera Utara, pada Senin (13/3) pukul 04.92 WIB.

''Para pakar gempa telah memperhitungkan apabila segmen megathrust ini bergerak, maka pada kondisi skenario terburuk, magnitudonya dapat mencapai 8,9,'' ungkap Dwikorita Karnawati, Senin (13/3/2022).

Lanjut Dwikorita, Kemungkinan gempa bumi dengan magnitudo 8,9 ini berdasarkan perhitungan panjang segmen dan kecepatan pergerakan di bidang pergeseran

Dikatakan Dwikorita, BMKG mencatat, segmen Mentawai telah memicu gempa bumi sebanyak 16 kali. Gempa pertama berkekuatan 8,5 skala richter pada 10 Februari 1797 yang menyebabkan tsunami di Mentawai, Sumatera Barat, Sumatera Utara. Tsunami ini menewaskan lebih dari 300 orang.

Kemudian pada 1971 dengan magnitudo 6,3, menimbulkan kerusakan. Selanjutnya pada 1977 magnitudonya 5,5. Lalu pada 1979 magnitudonya 5,8 mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan.

''Kemudian tahun 2004 magnitudo 5,6 juga mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan. Terjadi juga di tahun yang sama, magnitudo lebih tinggi mengakibatkan luka-luka dan kerusakan,'' jelasnya.

Gempa bumi yang dipicu segmen Mentawai kembali terjadi pada 2006 dengan magnitudo 6,0, mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan. Pada 2007, 2008, dan 2009 juga kembali terjadi. Bahkan, pada 2009 gempa bumi terjadi sebanyak dua kali.

Pertama, terjadi di bulan Agustus dengan magnitudo 6,9 yang mengakibatkan luka-luka dan tsunami. Kedua pada September dengan magnitudo yang lebih tinggi yakni 7,6, menimbulkan tsunami, banyak korban meninggal, luka-luka, dan bangunan rusak.

Setahun berikutnya, yakni pada 2010, gempa bumi terjadi lagi dengan magnitudo 6,0. Aktivitas ini hanya menimbulkan luka ringan dan sedikit kerusakan.

''Pada 2014 terjadi gempa lagi magnitudo 5,0 dan di sini ada luka ringan, beberapa rumah rusak. Terulang lagi 2017 juga mengakibatkan beberapa orang luka-luka dan satu sekolah rusak. Dan 2017 yang kedua magnitudo 6,2 juga mengakibatkan beberapa rumah rusak,'' jelasnya.

Sebagai informasi, gempa dengan magnitudo 6,7 di wilayah pantai selatan Nias Selatan kemarin terletak pada koordinat 0,71° LS ; 98,50° BT dengan kedalaman hiposenter 25 km.

Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan gempa yang terjadi merupakan jenis dangkal akibat adanya aktivitas subduksi lempeng di zona megathrust segmen Mentawai-Siberut.

Hasil analisis sumber menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault) yanmegathrustg merupakan ciri khas dari gempa .

''Gempa ini terletak di Zona Seismic Gap atau zona kekosongan gempa besar di Kepulauan Mentawai bagian utara,'' jelasnya melalui pesan singkat, Senin (14/3).

Menurut Daryono, gempa kali ini patut diwaspadai. Sebab, zona megathrust segmen Mentawai pernah memicu terjadinya gempa bumi dahsyat dan tsunami pada 10 Februari 1797.

''Kita patut meningkatkan kewaspadaan terkait kejadian gempa pagi ini mengingat zona ini merupakan seismic gap yang sudah lebih dari 200 tahun. Apakah ini gempa pembuka atau bukan hal ini masih sulit diprediksi,'" ujarnya.

Guna mengantisipasi risiko tsunami, Daryono mengimbau masyarakat pesisir untuk melakukan evakuasi mandiri saat terjadi gempa yang lebih kuat. Caranya, menjauh dari pantai tanpa menunggu peringatan dini tsunami dari BMKG.

''Evakuasi mandiri adalah sebuah ikhtiar yang dapat menjamin keselamatan dari tsunami,'' ucapnya.***