PEKANBARU - Anggota Komisi III DPRD Riau, Suhardiman Amby mengklaim, bahwa program restorasi gambut dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Riau merupakan kegiatan yang mubazir dan hanya menghabiskan dana APBN.

Pasalnya, sejak digulirkan tahun 2016 lalu, realisasi program Badan Restorasi Gambut (BRG) di Provinsi Riau berjalan lamban karena baru 9,1 persen, atau sekitar 74 ribu hektar dari total target lahan 840 ribu hektar.

"Kalau BRG tidak profesional, lebih baik dananya digunakan untuk kepentingan lainnya saja. Kalau begini kan hanya menghabiskan APBN," jelas politisi yang akrab disapa Datuk tersebut di Pekanbaru, Kamis (10/1/2019).

Program restorasi lahan gambut yang tidak sungguh-sungguh, lanjutnya, juga akan menjadi kemunduran bagi investasi di Riau.

"Investasi yang ada dihancurkan dengan alasan restorasi gambut. Kan sudah ada dampaknya. Sekarang produksi pabrik dan tenaga kerja berkurang. Walaupun dijanjikan lahan lain sebagai pengganti, tapi sampai sekarang tidak ada," paparnya.

Karena itu, politisi Hanura itu meminta agar kawasan atau lahan yang akan direstorasi kembali dilakukan perbaikan, dan ditinjau ulang agar program BRG benar-benar tepat sasaran.

"Program BRG harus ditinjau ulang agar lebih tepat sasaran. Karena kalau tidak, jatuhnya bukan untuk penyelamatan lingkungan, karena lahan yang resmi dimatikan, dan investasi pun mati," jelasnya.

Sementara itu, program pemulihan ekosistem gambut yang oleh BRG di Riau seluas 840 ribu hektar dianggarkan sebesar Rp46 miliar, dan ditargetkan tuntas tahun 2020. ***