JUDULNYA ringan-ringan saja, tapi susah meraihnya. Menyebut orang baik jelas erat hubungannya dengan agama. Kita tahu di dunia ada 22 agama, enam di antaranya di Indonesia.

Pada prinsipnya semua agama bertujuan sama, yaitu; mengantarkan umatnya menjadi manusia-manusia baik. Menurut Islam menjadi umat yang baik itu, jalurnya adalah akhlak mulia dan tauhid yang mantap.

Makanya, Allah mengutus rasul-Nya Muhammad SAW dengan tugas pokok memperbaiki dan membina akhlak umat manusia. Sesuai dengan pernyataan rasul yaitu; ''Sesungguhnya aku diutus untuk memparbaiki dan membina akhlak umat manusia''.

Pada hadist lain; ''Manusia yang baik itu adalah yang akhlaknya baik''. Jadi bukan yang hartanya banyak, bukan yang pangkatnya tinggi, bukan yang ilmunya dalam, bukan yang jabatannya banyak dan seterusnya.

Oleh Islam diberikan petunjuk untuk menjadi orang baik berupa syariat-syariat maupun rukun-rukun dengan tujuan akhir menjadi kelompok muttaqin yang sekaligus merupakan visi Islam. Begitu pula oleh agama-agama lain menjadi orang baik tentu ada petunjuknya pula.

Logikanya, apabila syariat maupun petunjuk tersebut diamalkan dengan baik dan benar dan berdampak dalam keseharian, diyakini negeri tujuan islam akan tercapai yaitu bahagia di dunia dan bahagia di akhirat yang setiap hari kita jadikan doa utama.

Logika kedua, semakin banyak orang baik di suatu negeri diyakini pula negeri tersebut dalam kondisi; Baldatun toyyibatun warabbun ghafuur (negeri yang aman damai bahagia dalam ampunan allah).

Pengertian orang baik yaitu; orang yang disenangi oleh orang banyak karena perilakunya berdasarkan ajaran agama atau berakhlak mulia. Suka menolong, mulutnya terjaga, jujur, tahu dengan yang pantas dan yang patut dan seterusnya.

Berakhlak itu sasarannya adalah; pertama terhadap Allah, dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi larangannya. Kedua, terhadap diri sendiri, dengan memenuhi kebutuhan dasar sebagai manusia seperti; sehat, berilmu, bersih, kerja keras, suka menolong dan seterusnya.

Ketiga, terhadap keluarga dengan berbuat baik, memberikan pendidikan, bertanggung jawab, adil dan seterusnya.

Keempat, terhadap masyarakat; bertetangga dengan baik, menghormati hak hidup orang lain, tidak zalim, saling tolong menolong, taat aturan, peduli dan seterusnya.

Kelima, terhadap lingkungan; tidak merusak alam dan hewan, menjaga keindahan, tidak mencemari air, udara dan seterusnya.

Khusus oleh Islam berakhlak mulia itu harus dilandasi tauhid atau keimanan terhadap Sang Pencipta. Disamping ada orang baik, ada orang penting yaitu orang yang berkedudukan, orang berpangkat, penguasa, orang kaya dan seterusnya. Orang bijak mengomentari; It is nice to be important, but more important to be nice, (memang baik menjadi orang penting tapi lebih penting lagi bagaimana menjadi orang baik).

Orang baik akan disebut dan dikenang sepanjang masa, orang penting belum tentu jika ia tidak baik. Selagi punya jabatan, punya harta melimpah dia akan disebut dan dikenang. Jika semuanya telah sirna, bisa-bisa tak disapa orang karena dia tidak baik (korupsi, otoriter, penuh kebencian, bohong dan seterusnya).

Oleh sebab itu, jadilah orang baik kalau bisa dua-duanya yaitu orang baik sekaligus orang penting dan kondisi ini bisa dicapai apabila ada kemauan dan kesadaran. Jika ada kemauan tak ada yang mustahil di dunia ini.

Insyaallah, bahagia di dunia dan bahagia diakhirat akan kita nikmati dan itulah yang dicita-citakan umat manusia apapun agamanya. Be a nice person!***

Drs H Iqbal Ali, MM adalah pengamat Sosial Keagamaan & Ketua Pembina IKMR Riau.