PEKANBARU - Bangunan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Tapung yang berada di Jalan Karosin, Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau, terancam ambruk. Bagaimana tidak, bangunan sekolah ini berdekatan dengan tebing setinggi tiga meter yang saat ini terus tergerus ketika diguyur hujan. Bahkan, jarak tebing dari bangunan sekolah tinggal sekitar tiga meter lagi.

Ancaman longsor diperparah dengan banyaknya kendaraan truk galian c yang melintas di jalan arah sekolah yang menyatu dengan tebing tersebut. Di tambah lagi dengan drainase yang tak memadai.

Kondisi ini membuat pihak sekolah khawatir akan ambruknya bangunan tersebut, yang dapat mengancam keselamatan siswa. Sehingga, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau diharapkan secepat mungkin membantu untuk membuat penahan tanah atau turap dan drainase beton.

"Kami sudah sangat khawatir dengan kondisi tanah tergerus di belakang bangunan sekolah kami. Lama kelamaan akan bisa ambruk tergerus air hujan. Yang kita takutkan adalah ketika siswa sedang belajar tiba-tiba bangunan ambruk," ungkap Kepala SMA Negeri 5 Tapung, Aldela Tambusai saat diwawancarai Kompas.com di sekolahnya, Selasa (23/2/2021).

Kondisi ini, tambah dia, sudah berlangsung selama empat tahun. Lonsoran tanah semakin mendekati bangunan sekolah.

Untuk mengantisipasi bangunan ambruk, Aldela mengaku telah mengirim proposal ke Dinas Pendidikan Riau, agar cepat dibangun turap dan drainase.

Meski sudah ditanggapi, tetapi pembangunannya akan dilakukan pada tahun 2022 mendatang. Sementara kondisi di lokasi sudah sangat menakutkan.

"Alhamdulillah, Dinas Pendidikan Riau sudah menanggapi. Tapi, (pembangunan turap) akan diajukan pada tahun 2022 mendatang. Setelah kita tengok kondisinya ini semakin parah dan harus cepat diatasi," ucap Aldela.

Ia mengaku sudah membuat rincian biaya pembangunan turap dan drainase, yakni sekitar Rp 860 juta. Sedangkan untuk turap saja, biaya sekitar Rp 300 juta.

Sementara itu, sambil menunggu penanganan dari pemerintah, pihak sekolah berinisiatif mencarikan solusi sementara.

"Setelah berkoordinasi dengan perangkat desa, kami akhirnya membuat penahan tanah dengan karung yang diisi tanah dan ditanam bambu. Karena kita khawatir bangunan bakalan roboh kalau tanahnya terus digerus hujan. Tapi, menurut kami penanganan darurat ini tidak akan bertahan lama, kecuali hanya dibuat turap dan drainase," ujar Komite SMA Negeri 5 Tapung, Muhammad Nazri.

Dia mengatakan, bangunan yang terancam ambruk ini merupakan bangunan tertua atau yang pertama kali dibangun tahun 2009 silam sejak mendapat izin operasional. Setelah itu, tahun 2013 bangunan sekolah ditambah dan saat ini jumlah siswanya mencapai 360 orang.

Para siswa saat ini sudah masuk sekolah tatap muka di tengah pandemi Covid-19. Pihak sekolah menerapkan sistem belajar terbatas dan mematuhi protokol kesehatan.

"Oleh sebab itu, kami berharap Pemerintah Provinsi Riau harus segera melakukan penanganan untuk bangunan sekolah kita ini demi keselamatan siswa," kata Nazri.

Selain bangunan terancam ambruk, tambah dia, akses jalan menuju sekolah juga sangat memprihatinkan. Kondisi jalan masih tanah yang terdapat banyak lubang dan bergelombang.

"Kalau jalan kondisinya sangat parah. Kalau musim hujan berlumpur dan kalau musim panas penuh debu. Apalagi, jalan ini juga banyak dilewati truk," pungkas Nazri. ***