BENGKALIS, GORIAU.COM - Pembabatan hutan bakau di sepanjang Sungai Kembung, Bengkalis, Riau terus saja terjadi. Hasilnya disinyalir dijual negara tetangga, Malaysia. Kondisi ini cukup disesalkan Warga Desa Teluk Pambang, Kecamatan Bantan, Bengkalis.

Selain merusak ekosistem dan lingkungan, pembabatan mangrove juga akan mengurangi populasi ikan dan jenis sea food lainnya yang ada di Sungai Kembung.

''Terus terang kita miris dan prihatin dengan masih adanya pelaku yang suka menebang bakau lalu dijual ke Malaysia. Padahal manfaat yang diperoleh dari menjual bakau tersebut tidak sebanding dengan kerugian yang dirasakan masyarakat nantinya,'' ujar warga, Hamdan, Minggu (12/5/2013).

Sebagai warga yang pernah bergabung dengan kelompok masyarakat pecinta lingkungan dan aktif menanam mangrove di kawasann-kawasan yang mulai terkikis di kampungnya, Hamdan khawatir, aktifitas penebangan bakau semaunya seperti itu akan menimbulkan dampak yang luar biasa bagi kelangsungan hidup masyarakat.

''Kalau bakau yang ada di sepanjang Sungai Kembung ini terus dibabat tanpa ditanami kembali, saya yakin suatu saat pulau ini akan tenggelam. Sebelum kekhawatiran itu terjadi, harus ada langkah-langkah dan penanganan  kongkrit dari aparat penegak hukum termasuk oleh aparat desa,'' pintanya.

Sepanjang sungai Kembung kata Hamdan, selama ini menjadi primadona para pemancing. Tidak hanya bagi warga sekitar Sungai Kembung, warga Kota Bengkalis juga sering datang saat hari-hari libur.

''Dulu di sungai ini pernah digelar even lomba memancing yang cukup bergengsi, bahkan Gubernur Riau HM Rusli Zainal juga pernah memancing di sungai ini. Selain tenang, teduh berbagai jenis ikan juga masih cukup banyak di Sungai Kembung,'' kata Hamdan.

Semua itu tidak terlepas dari kondisi pohon-pohon terutama bakau di sepanjang sungai Kembung yang masih terlihat indah dan asri. ''Tapi jangan salah, kabarnya bakau yang lebat itu hanya di tepi sungai saja, agak ke dalam sudah banyak yang gundul ditebang,'' kata Hamdan.

Sementara itu, Direktur LSM Bakhtera Samudera, Defitri Akbar juga mengaku prihatin dengan apa yang disampaikan Hamdan tersebut. Bakau di sepanjang sungai Kembung terutama hasil tanaman warga Pambang pernah dikunjungi oleh aktifis lingkungan hidup dari Eropa.

''Sangat disayangkan, kalau orang Eropa saja mengakui,  bangga atas kelestarian dan upaya yang dilakukan masyarakat, sementara sesetengah kita tak peduli dan menebanginya,'' sesal Defitri Akbar.

Karena itu, harus ada langkah-langkah untuk menjaga agar hutan bakau di sepanjang Sungai Kembung tetap terpelihara. Misalnya dengan  menanam kembali pohon bakau di tempat-tempat yang sudah gundul oleh pelaku penebangan bakau, agar kelestarian tetap terjaga. (jfk)